⚔⚔⚔
Gaun Ivona sedikit tersingkap ketika ia memutuskan untuk duduk menghadap danau sore hari itu. Membersihkan dedaunan kering seraya duduk bersila di rumput, Ivona tak tau lagi mesti melakukan apa selain berusaha
menghilangkan asumsi-asumsi aneh di kepala. Riuh suara seruan yang berpusat di halaman utama Istana, tidak mampu membuat Ivona tergugah. Emily dan Violet setelah sekian lama bisa berpesta, karena sudah menjadi tradisi Elhana bahwa setiap ada hal-hal penting maka perayaan harus ada. Alih-alih bersenang-senang dengan kedua temannya, Ivona lebih memilih duduk sendirian ditemani euphoria tenangnya danau dengan cuitan burung wallet yang lewat diatasnya."Tidak seharusnya pelayan sepertimu duduk tenang disini tanpa membantu persiapan di halaman Istana."
Tanpa tedeng aling, suara yang Ivona kenal menapakkan sepasang kaki dibalut sepatu hitamnya, berdiri dengan wajah angkuh seperti biasa.
"Dan anda, Pangeran? Untuk apa anda berada disini?"
"Menemanimu."
Ivona sengaja menulikan telinganya, pura-pura tidak mendengar. Gadis itu meniup dahi, lantas mendengus lalu bangkit menatap Xiaodejun yang sudah lebih dulu menatapnya. Ivona akui tempat ini lumayan tertutup dari Istana, namun ia lupa, bahwa ada satu orang yang tau eksistensi tempat ini selain dirinya dan salah satunya adalah Xiaodejun.
"Kupikir semua yang kita bicarakan sudah selesai di gudang tadi, Pangeran. Jadi saya mohon, jangan ikuti saya lagi." Mohon gadis itu yang dibalas decakan olehnya.
Xiaodejun menyatukan alis kesal, "Kenapa aku tidak boleh duduk disini? Dan masalah yang kau bilang di gudang tadi, memang sudah selesai. Tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang aku lakukan sekarang."
"Justru itu!" Ivona setengah emosi, "Justru karena anda sudah tidak ada alasan untuk menemui saya lagi, jadi tolong, Pangeran..."
Ivona lupa yang ia ajak bicara ini adalah iblis berperawakan keras dengan alis tebal yang mengintimidasi, sehingga seratus kalipun Ivona menolak, maka seratus kali pula Xiaodejun memberi alasan.
"Aku tidak mau pergi, kau hanya pelayan, sia-sia saja kau memerintahku."
"Baiklah, kalau begitu saya yang pergi. Salam, Yang Mulia. Semoga harimu baik." Kata Ivona menyelipkan sedikit nada sarkas. Ia sudah menyerah kali ini. Ivona lebih memilih mengurung dirinya di kamar daripada harus duduk berdua dengan seseorang yang ia benci.
"Sebenci itukah kau padaku?"
"So fucking weird, don't look me with that eyes!" Ivona berteriak kesal. Namun tak bisa menghindar juga dari cegatan Xiaodejun.
"What's 'that eyes'? Ivona jus sit here, you won't die."
"Iya! Saya akan mati jika lama-lama bersama Pangeran!" Ivona terus menggertak. Berbeda dari sebelumnya, tubuh Ivona agak sedikit linglung kali ini, karena saking brutalnya ia bergerak. Ivona menghela nafas pelan, ia menyesal kenapa tiba-tiba disaat seperti ini, gadis itu harus menahan sesak di dada. Mata Ivona berkaca-kaca, moodnya menjadi sangat buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Wonderland✔︎
Fanfiction[ "𝑇ℎ𝑒𝑟𝑒'𝑠 𝑛𝑜 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟 𝑢𝑠. 𝐵𝑢𝑡 ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑒 ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑜𝑛𝑒, 𝑐𝑎𝑛 𝑤𝑒?" ] Setidaknya ada 1 dari 100 orang yang percaya bahwa dunia dua dimensi itu ada. Dari sekian banyaknya manusia yang tidak perc...