Gita POV
"Gita?" seseorang berdiri di depanku, begitu tinggi menjulang bak tugu Monas, sehingga aku harus menengadah ke atas untuk menatap wajahnya.
Aku salah lihat atau beneran ini Mas Yuda? Aku halusinasi mungkin.
"Woii! Dipanggil malah melamun." Eh? Suaranya mirip banget sama Mas Yuda?
"Beneran Lo, Kris? Gue pikir Lo pacarnya Gita tadi, si... si... heleh, gue lupa nama si cungkring." Aku lihat Mas Yuda kayaknya shock. Apalagi aku?! Aku double shock! Demi Tuhan, kami jauh dari Jakarta, tapi kenapa dari semua orang Jakarta yang juga berkunjung ke sini aku harus ketemu Mas Yuda! Hiks! Pengen menghilang pake jurus Naruto.
"Hei, Yud. Apa kabar?" Sapa Kris ramah pada mantan anak buahnya. Ramah beneran dan ramah dibuat-buat nggak ada bedanya. Dia lupa ya, Yuda keluar dari perusahaan gara-gara siapa?
"Much better, than before." Aku tahu, Mas Yuda lagi nyindir Kris. Tapiii gimana ini aku belum selesai kaget ketemu Mas Yuda. Bisa sampai season delapan ngalahin Cinta Fitri. Sampai si Fitri udah punya cicit.
"Nga-ngapain disini Mas?" Tanyaku santai meski suaraku terdengar bergetar saking takutnya. Bahkan aku perlahan menggeser tubuhku menjauh dari Kris. Andai saja aku kekeuh nggak mau ke Bogor hari ini.
"Ya piknik juga, lah. Seperti kalian berdua." Mas Yuda menunjuk kami bergantian sambil menutup mulutnya, menyembunyikan tawanya. Sialan, lo.
"Sa-sa-sama siapa?" Kenapa gue jadi tetiba nggak lancar gini ngomongnya. Bisa ketahuan kalo gue lagi gugup banget ketemu Mas Yuda.
"Sama anak-anak." Shit! Sialan! Aku menggerakkan kepala dengan cepat, mencari para kaum Sudra. Tamat riwayatku. Game over, selesai sudah. Sayonara semua.
"Anak-anak gue, bego. Bukan anak-anak dari kantor dulu." Aku menghela napas lega, hingga terdengar oleh Mas Yuda. Aku semakin lega karena ucapan si mantan kapten kaum Sudra adalah benar, ketika pandanganku bertemu dengan istrinya yang langsung melambai ke arahku. Mbak Sinta sedang duduk agak jauh dari kami, bersama ketiga anaknya.
"Kenapa, sih? Tegang amat kayak mau ujian nasional." Ejek Mas Yuda. "Nah, lo berdua sendirian? Nggak ajak anak-anak yang lain?" Alis Mas Yuda naik turun, bergelombang, tikungan tajam, awas ada tanjakan.
"Kami hanya berdua." Aku melotot pada Kris, memintanya untuk tak menjawab pertanyaan apa pun. Karena kalimat yang keluar dari bibirnya selalu menjadi sesuatu yang dilebih-lebihkan.
"Wah, kok, yang lain nggak diajak? Nanti lo dibilang pilih kasih, karena cuman ngajak Gita." Aku paham benar orang ini sedang memancing Kris. Mancing mania, mantap! Ya Tuhan, disaat genting begini aku masih sempat ngelawak.
"A-ada yang lain juga, kok! Mereka lagi keliling aja. Ini kita lagi nungguin mereka buat makan siang." Aku terpaksa berbohong untuk menyelamatkan hubungan kami agar tidak terendus oleh Mas Yuda. Kris menunduk, bibirnya terkulum dengan ekspresi tidak suka, seakan tidak setuju dengan keputusanku untuk berbohong. Yang Kris harus tahu, ini demi kebaikan kami berdua.
"Hmmm, sepertinya, bekal lo berdua terlalu sedikit." Tambah Mas Yuda bikin geregetan. "Pake acara suap-suapan lagi."
"Jangan mengada-ada! Kita murni beneran cuman jalan-jalan." Aku sudah berdiri agar bisa berbicara dengan sejajar Mas Yuda. Minta disepak tendangan Kapten Tsubasa?
"Beneran cuma jalan-jalan? Tapi keliatan mesra banget, sampai ciuman segala."
"Kami nggak ciuman!" Aku masih berusaha keras mengelak.
"Itu tadi, gue liat Kris cium-cium tangan Lo, ada nih videonya. Mau liat nggak?"
Kaki ini rasanya langsung lemas, hingga aku memutuskan untuk kembali duduk. Pikiranku kosong, aku tidak bisa memikirkan alasan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...