Author POV
"Din, kira-kira dong." Keluh Gita saat melihat makanan di piring Dino sekarang lebih mirip gunung Merapi. Nasinya tinggi menjulang, lauk-pauk ditata rapi pada pinggiran nasi.
"Namanya juga gratis. Iya kan, Bro?" Dino mengacungkan jempolnya ke arah Kris yang tidak menanggapi. Mereka bertiga tengah menikmati makan malam setelah seharian bekerja dan di'ospek' Kris. Sebagai reward, pria itu mentraktir keduanya makan di restoran seafood mewah setelah makan siang yang sederhana.
"Ya, tapi, nggak kalap juga. Bapak bahkan belum ngambil makanan tapi Lo udah ngambil ikan bakar setegahnya." Gita mengingatkan.
"Udah deh, nggak usah cerewet. Kris aja nggak protes." Dino sekali lagi membantah ucapan Gita yang semakin tak enak hati pada pacar sekaligus atasannya itu. Sebenarnya, pacarnya terlihat biasa saja, sih. Merasa tidak terganggu. Gita jadi bingung, sebenarnya mereka dalam situasi kerja atau keakraban? Masak Kris harus menciumnya sebagai kode baru Gita paham?
"Pak, saya ambilkan nasi ya?" Gita bergerak mengambil piring, menyendok kan nasi ke dalamnya, dan, berhenti ketika Kris menyerukan kata cukup.
"Ciee... Udah latihan aja jadi istri?" Goda Dino dan tertawa dibuat-buat. Sementara Gita menahan emosinya, menyendok kan beberapa lauk permintaan Kris.
"Apalagi Pak?" Tanya Gita setelah Kris meminta disendokkan cah kangkung.
"Sudah, itu saja." Gita menyerahkan piring milik Kris dan setelahnya baru Gita mengambil makanannya sendiri.
"Pak, kalo boleh tahu, pacaran sama Gita udah berapa lama?" Dino membuka percakapan dengan topik paling sensitif. Gita mencubit lengan berlemak Dino yang duduk tepat dihadapannya.
"Heh! Jangan ngelunjak, ya!" Bisik Gita dan memasang tampang galak.
"Hampir sebelas tahun." Jawab Kris setelah menelan makanannya.
"Kamu-maksud saya Pak Kris, lebih baik jangan menanggapi pertanyaan ngawur Dino. Fokus aja sama makanan bapak, biar nggak keselek tulang ikan." Gita mendengus sebal, masih mencoba bersabar dengan dua pria yang sedang bersamanya.
"Kalo sebelas tahun, ibarat nyicil motor udah dapat empat, nyicil mobil udah dapat dua." Pernyataan santuy Dino, sukses membuat Gita tersedak makanannya sendiri. Enak sekali hubungannya disamakan dengan cicilan. Dengan sigap Kris menepuk punggung Gita lembut, memberikan sebotol air mineral miliknya sendiri. Setelah batuknya reda, Gita meneguk air mineral dengan cepat.
"Udah baikan?" ujar Kris masih menepuk punggung Gita. Wanita itu mengangguk dan menyeka air mata yang sempat keluar.
"Dino, kalo kamu masih mau ngobrol selama makan, lebih baik kamu pindah meja." Kris menatap Dino tajam, seketika nyalinya menciut, menyesal membiarkan mulutnya terlalu lancang. Seharusnya dia mengingat batasannya, seharusnya dia tidak mengindahkan peringatan Gita. Sementara Dino menatap Gita dengan memelas, seakan meminta bantuan. Namun, wanita itu malah tersenyum sinis, mengucapkan kata 'mampus' tanpa suara.
"Tenggorokan aku sakit..." Keluh Gita dengan ekspresi kesedihan mendalam ala-ala sinetron azab Indosiar. Sengaja membuat Dino semakin terlihat bersalah.
"Kenapa sayang? Ada tulang ikan nyangkut?" Kris terlihat khawatir hingga tidak sadar menyebutkan kata 'sayang'. Gita saja sampai kaget dipanggil sayang tiba-tiba seperti ini. Dino, apalagi. Kalo saja bola matanya bisa dicopot, mungkin sudah menggelinding ke lantai saking terkejutnya ala-ala kartun Tom and Jerry.
"Ng-nggak papa, udah baikan." Gita jadi salting dilihat begitu intens pacarnya sendiri. Kris tidak menjawab, masih menatap khawatir pada Gita. Dia tahu benar, betapa keras wanita itu batuk, hingga mengeluarkan air mata. Kris semakin mendekatkan wajahnya, melihat lebih teliti pada Gita yang semakin risih. Keadaan dalam restoran cukup ramai hingga mereka menjadi pusat perhatian. "Kris... Udah, aku nggak papa. Beneran," gumam Gita dan mendorong bahu Kris agar menjauh. Pria itu mengangguk dan kembali melanjutkan makannya. Diam-diam Gita menghembuskan napas lega. Untung ini di luar Jakarta, hanya Dino yang mengenali mereka. Kemudian, mereka melanjutkan sisa makan malam dalam keheningan.
***
"Kris. Udah disini, kita cuma di dalam mobil?" Gumam Gita menatap pacarnya yang tengah mendekap satu tangannya di dada. Menggengam erat, dengan mata tertutup. Setelah selesai menurunkan Dino di hotel, Kris langsung mengarahkan mobil kembali keluar hotel tanpa mengatakan apa pun pada Gita. Sekitar sepuluh menit, Kris memakirkan mobil di lapangan yang menyuguhkan pemandangan laut di malam hari, dengan langit cerah karena rembulan bersinar begitu terang malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
Literatura FemininaKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...