The Truth II

16.9K 1.5K 300
                                    

Gita POV

Saat Kris pingsan-setelah dia memuntahkan semua isi perutnya, rasanya seperti sebagian kesadaranku juga akan hilang. Aku tau, dia bukan meninggal, tapi, tetap saja aku panik setengah mati. Karena apa? Karena aku wanita! Dan wanita gampang panik, suka teriak-teriak nggak jelas kalo dalam situasi seperti ini.

Entah kekuatan dari mana, aku berteriak sekencang yang aku mampu, hingga semua orang yang mendengar mulai berdatangan, membantu membawa tubuh lemah Kris ke dalam mobil. Setelah tubuhnya aman berbaring di jok tengah, seorang pria membantu menawarkan diri untuk menyetir sampai rumah sakit. Aku tentu saja setuju karena aku tidak yakin bisa menyetir dengan tenang sementara Kris belum sadarkan diri. Konsentrasiku bisa pecah dan itu sangat berbahaya bagi kami berdua.

Melewati jalan kecil yang bebas hambatan, kami akhirnya sampai di UGD rumah sakit terdekat. Sepuluh menit dalam mobil terasa seperti berjam-jam.

"Tolong!" Hanya itu yang bisa aku ucapkan saat tubuh Kris akhirnya terbaring di tempat tidur. Dokter dan perawat sibuk memeriksa, sementara aku hanya bisa melihat dari jauh, untuk memberi ruang bagi tim medis menangani Kris. Tuhan, tolong Kris. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padanya.
***
Aku mengusap pelan pipi Kris. Wajahnya tidak sepucat pertama kali di bawa ke sini. Syukurlah, masa kritisnya sudah lewat.

Jarum infus menancap di punggung tangan kiri. Entah berisi apa, yang aku tau cairan infus ini bisa membuat Kris lebih baik. Tapi, aku khawatir karena dia belum juga membuka mata meski kata dokter dia cuma pingsan.

"Kamu tau nggak, sih? Kita selalu berakhir di UGD kalo diingat-ingat. Entah itu kamu yang antar aku, atau sebaliknya. Setelah itu, hal baik selalu terjadi. Kita jadian lagi di rumah sakit, kan? Waktu aku sakit dan kamu bawa aku ke UGD. Dan, kita ketahuan sama Dino. " Aku tersenyum geli saat memori itu berputar kembali dalam kepala ku. "Kali ini, aku yang bawa kamu ke sini. Semoga, ada hal baik yang segera terjadi, ya."

Tidak ada respon berarti dari Kris. Matanya masih terpejam dengan napas teratur khas orang tidur. Aku menggenggam tangannya sambil menatap Kris. Sekeras apa dia bekerja, tergambar jelas di wajahnya saat ini. Perasaan ku saja atau memang wajahnya terlihat agak tirus.

"Bangun oi... Ranjang kamu lebih luas dan empuk di apartemen kamu, tapi kamu milih tidur di sini. Dasar bocah prik! " Aku mencolek ujung hidungnya. Gemes juga, nggak bangun-bangun ni orang. Apa aku harus menciumnya seperti Putri Tidur, agar dia segera bangun? Ide gila. Tapi... Tidak ada salahnya mencoba, kan?

Dengan jantung yang berdebar tak karuan, aku berdiri dari tempat duduk, sengaja memutar pinggang ku ke kanan dan kiri ala orang pegal-padahal sebenarnya aku tengah memantau situasi. UGD cukup sepi hanya ada dua pasien termasuk Kris. Di nurse station, ada dua orang perawat dan seorang dokter. Aku pura-pura menarik tirai agar menutupi pandangan para petugas yang mejanya berada tepat di samping tempat tidur Kris-meski agak jauh. Setelah aku rasa aman, aku menatap wajah Kris.

"Aku udah gila dan ini semua gara-gara kamu." Aku masih sempat menyalahkan Kris, sebelum setengah membungkuk untuk menciumnya. Aku harus melakukannya dengan cepat sebelum ada yang melihat kami dan sebelum pria gila ini sadar.

Belum juga bibir kami bersentuhan, aku mendengar derap langkah yang terdengar cepat mendekat ke sini.

"Mbak Gita?"

"O-oh hai, Aiden." Sapa ku kikuk.

"Ngapain squat jump di sini? " Tanya Aiden bingung. Apalagi aku, lebih bingung. Saking paniknya takut ketahuan mesum, aku memilih squat jump dari sekian juta gerakan yang ada. Untung nggak pake nyanyi lagu Terpesona.

"Tiba-tiba gue pengen aja. Biar tetap waras. Soalnya bos Lo bikin gue gila gara-gara pingsan tanpa komando." Alasan bagus, Gita. Ngomong-ngomong, Aiden di sini karena aku yang menelponnya. Aku tidak memiliki nomor keluarganya. Tidak mungkin aku menelpon si Medusa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang