Kris POV
Pergi dari rumah Agung, aku sempat bingung harus ke mana. Baru jam sepuluh dan rasanya malas pulang ke apartemen. Di sana terlalu sepi, waktu ku akan habis hanya memikirkan Gita. Aku butuh mengalihkan pikiran untuk sementara.Setelah sejam berputar tanpa arah yang jelas, aku akhirnya berada di depan rumah Papa. Padahal, aku tidak berencana ke sini sebenarnya.
Pak Wayan menyapaku ramah seperti biasa ketika melewati pos security. Selesai memarkir mobil, pintu utama terbuka, menampakkan sosok wanita tua yang senyum hangatnya tak pernah berubah sejak dua puluh delapan tahun aku mengenalnya. Mbok Dami. Pengasuh yang selalu ada ketika aku sendirian karena perceraian kedua orang tua ku. Yang lebih memilih meninggalkan keluarganya di Kampung untuk bersama ku selama masa kelam hingga aku dewasa. Bahkan ketika aku keluar dari rumah, dia tetap setia berada di rumah ini. Alasannya, agar selalu menjadi orang pertama yang menyambutku ketika pulang ke rumah ini sehingga aku tidak perlu merasa sendirian.
"Den Kris," sapaan khasnya sejak kecil, setiap memanggilku. Kami berpelukan sebentar saat aku mencapai pintu. "Tumben ke sini tengah malam?" Tanya Mbok Dami heran. Biasanya aku selalu datang pagi atau sore hari. Ini pertama kalinya dia mendapati aku datang hampir jam dua belas malam.
"Belum tidur Mbok?" Aku mengalihkan pertanyaan.
"Mbok lagi nonton sinetron Ikatan Cinta. Tadi ketinggalan nonton di tipi. Jadi Mbok liat di Yusuf." Jawabnya dengan wajah polos.
"Yusuf? Yusuf siapa Mbok?" Seingat ku di sini tidak ada pekerja yang bernama Yusuf.
"Ini loh," tangannya bergerak masuk ke dalam saku celana. Mengeluarkan ponsel yang aku berikan bulan lalu, karena ponsel monophonic miliknya jatuh ke kolam dan rusak. Terlihat layarnya menampilkan video yang masih diputar. Aku tersenyum, menahan tawa.
"YouTube namanya. Bukan Yusuf." Aku mencoba membenarkan. Mbok Dani menyengir malu dan mundur agar aku bisa masuk ke dalam. Sudah ada kemajuan sepertinya, Mbok Dami sudah bisa membuka Youtube dalam waktu tiga bulan memiliki smartphone. Biasanya hany digunakan untuk menelpon dan mengirim SMS.
"Bapak udah tidur dari jam delapan." Suara Mbok Dami menggema sepanjang lorong menuju ruang tengah. Aku bahkan tidak bertanya, tapi dia bisa memberikan jawaban yang aku butuhkan. "Katanya capek seharian di kantor."
Tidak berubah. Percuma punya orang kepercayaan di Kantor kalo masih saja turun tangan langsung.
"Kasihan Bapak udah tua masih kerja saja." Aku tahu ke mana arah pembicaraan Mbok Dami.
"Mbok Dami tidur saja. Aku juga mau istirahat." Aku memotong sebelum dia memaksa ku menggantikan Papa.
"Aduh, Den. Kenapa nggak bilang dari awal mau nginap? Kirain cuma mampir. Mbok kan, bisa beresin kamar Den Kris." Protes Mbok Dami.
"Nggak ada rencana nginap Mbok, makanya aku juga nggak ngomong. Papa juga nggak tahu aku pulang. Aku yakin, kamar ku pasti bersih." Karena Mbok Dami selalu membersihkan tiap hari meski hanya sebulan sekali aku menginap di sini.
Dia menarik tanganku dan memaksa ku duduk di sofa ruang tengah.
"Tunggu di sini, Mbok bersihin kamar dulu." Belum sempat aku melarang, Mbok Dami sudah melesat ke kamar. Aku yakin kamar itu masih bersih seperti bulan lalu aku tinggalkan. Tidak mendengarkan perintah Mbok Dami untuk menunggu di sini, aku memilih melangkah menuju dapur, mengecek apakah ada sesuatu yang bisa aku makan untuk menenangkan kepala ku yang dipenuhi pikiran gila.
Mendapati es krim favorit ku di kulkas, aku mengambil satu scoop es krim ke dalam gelas dan mulai menikmati suapan kecil sambil berdiri di pinggir meja bar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...