Dilemma

11.2K 1.1K 119
                                    

Author POV

"Ada urusan apa Ibunya Kris meminta saya menemuinya di malam hari? Dan, bagaimana saya bisa percaya kalo semua yang kamu katakan itu benar sedangkan bertemu saja baru kemarin?" Gita pikir, tidak mempercayai orang baru adalah tindakan bijaksana. Bisa jadi ini cuma akal-akalan si Nenek Sihir yang ingin menculiknya dan menyingkirkan Gita agar bisa menguasai Kris. Terlalu sinetron, lu, Git!

Bella tertawa sinis "Jangan merasa merasa diri kamu penting, hanya karena saya menjemput kamu ke sini. Kalo bukan perintah Ibu Lidya saya juga enggan."

"Saya juga nggak minta dijemput. Saya pun merasa tidak harus mengikuti kamu sekarang, kan?" Balas Gita tak kalah sinis. "Dan lagi, kamu belum menjawab bagaimana kamu bisa mendapatkan nomor hape saya serta alamat rumah?"

"Kamu harusnya tau power seorang Ibu Lidya. Bahkan informasi sekecil apa pun bisa didapatkan hanya dengan menjentikkan jari."

Binar kebencian semakin terlihat jelas dari wajah Gita saat Bella berhasil membuatnya diam.

"Saya harus menelpon Kris-"

"You can't tell Kris." Potong Bella dan menurunkan tangan Gita yang hendak menelpon pacarnya . "Ibu Lidya meminta pertemuan kalian berdua dirahasiakan dari Kris. Semacam girls talk."

Gita semakin curiga dan menimbang apakah mengikuti Bella atau tidak perlu mempedulikannya. Kenapa Ibunya tidak ingin Kris tau jika mereka akan bertemu? Lebih tepatnya Ibu Kris yang ingin bertenu Gita.

"Ibu Lidya tidak suka dibuat menunggu. She really hate it." Bella mengingatkan yang terasa seperti sebuah ancaman. Gita meremas jari bimbang, jujur saja dia mulai panik. Disatu sisi, dia tidak ingin pergi tapi dia juga tidak ingin memiliki kesan pertama yang buruk dengan mengindahkan undangan calon mertuanya. Restu dari Ibu Kris ditentukan dari keputusannya saat ini.

"Oke," seru Gita akhirnya memutuskan. "Saya ikut, tapi dengan mobil saya sendiri." Ujar Gita memilih jalan aman. Jika benar Bella berniat jahat, paling tidak memiliki kendaraannya sendiri untuk menjaga diri.

"Yang penting kamu memenuhi undangan Ibu Lidya. Pilihan yang bijak, jika kamu masih ingin bersama Kris."

Semakin muak, Gita meminta Bella menunggu sambil dia bersiap. Sepuluh menit Gita kembali muncul dengan baju yang lebih rapi dan juga wajah yang dipoles make-up tipis. Meski waktu bersiap sangat singkat, dia harus tampil proper di depan Ibu Kris untuk pertama kalinya. Entah hal urgen apa yang membuatnya ingin sekali bertemu, bahkan sampai mencari informasi tentang dirinya hingga repot-repot mengirimkan jemputan. Yang pasti, ini berhubungn dengan Kris.

Gita mengekor tepat di belakang mobil yang membawa Bella. Mereka menyusuri jalanan Jakarta yang lumayan padat di malam hari. Sambil mengecek ponselnya, berharap ada kabar dari sang pacar, Gita mengirimkan live lokasi ke sahabatnya, Nana.

"Woi, apa ni?" Nana langsung menelpon begitu menerima share lokasi dari Gita.

"Kalo gue ilang, Lo jangan lupa lapor polisi." Jawab Gita sambil tetap berkosentrasi menyetir dan memperhatikan mobil Bella serta drivernya di depan.

"Maksudnya? Lo jangan bikin gue overthinking ya! Udah capek gue pikirin kerjaan, Lo nambah lagi beban gue." Protes Nana diseberang telpon.

"Ini berhubungan sama masa depan gue." Nada suara Gita begitu meyakinkan.

"Cerita yang jelas bego jangan sepotong-potong."

"Gue lagi dalam perjalanan ketemu nyokapnya Kris. Nggak cukup nih, lanjut part dua, ya." Ett dah, malah ngelawak.

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang