I ... U

46.4K 5.1K 413
                                    

Author POV

Kris termangu menatap Gita yang tertidur. Wanita ini, terlihat cantik seperti Aurora jika dalam keadaan tidur. Tapi, kalau dalam keadaan sadar mirip Putri Fiona dalam wujud monster Shrek. Bercanda. Gita akan selalu cantik dalam angle dan keadaan apa pun menurut Kris.

"Pak," seorang perawat perempuan menghampiri Kris. Pria itu bangun dari kursinya.

"Keadaan Ibu Gita sudah stabil. Jika Ibu Gita mau pulang, bisa langsung hubungi dokter UGD di station depan. Dimohon Bapak untuk menyelesaikan administrasi dulu. Untuk obatnya bisa ditunggu di apotik dengan membawa resep yang diberikan dokter tadi,"

"Baik Mbak, terima kasih infonya," Kris tersenyum tipis. Si perawat pergi, kembali menyisakan keheningan. Seperti perkataannya, Kris membawa Gita langsung ke UGD saat wanita ini pingsan. Gita dia diagnosa darah rendah karena kurang istirahat sehingga kelelahan dan juga stres. Setelah mendengar penjelasan dokter Kris merasa nelangsa. Bisa jadi, semua itu terjadi karena ulahnya. Apa ini setimpal dengan kejahatan yang Gita lakukan kepadanya dulu? Kris juga tidak tahu. Seharusnya dia senang, melihat wanita itu terbaring, dengan jarum infus tertancap di punggung tangan. Namun, hatinya justru merasa... Entahlah. Kris tidak dapat mendeskripsikan perasaan itu.

Selesai dengan urusan administrasi dan obat, Kris kembali duduk di samping Gita. Mengawasinya dengan teliti, memerhatikan gerakan atau ekspresi Gita. Hingga tangannya otomatis terangkat tanpa aba-aba, menyentuh pipi Gita dengan ujung jari.

Dengan mengumpulkan keberanian, sentuhan seringan bulu itu menjadi belaian lembut.

Tidak lama terdengar suara rintihan kecil yang berasal dari Gita. Dia telah sadar.

"Pak..." Lirihnya sambil memegang kepalanya. Pandangannya masih berputar namun tidak separah sebelumnya. "Di mana ini?"

"UGD," Jawab Kris singkat. "Kamu pingsan. Jadi langsung saya bawa ke sini,"

"Posisi pingsan saya bagus atau jelek Pak?"

Kris mendengus sebagai jawabannya. Gita menyengir dan mencoba duduk. Dengan sigap Kris membantu wanita tersebut untuk bersandar pada ranjang yang dinaikkan.

"Saya boleh pulang hari ini?" Tanya Gita setelah meneguk air yang diberikan Kris.

"Iya. Kamu sudah stabil dan diperbolehkan pulang," Gita mengangguk. Kemudian pandangannya berhenti pada kemeja Kris. Terdapat noda darah yang kontras di kemeja putihnya.

"Maaf merepotkan Pak. Baju Bapak, nanti saya cuci,"

"Nggak usah kamu pikirin itu. Yang penting kamu harus cepat sembuh," Kris menatap lurus ke Gita, hingga jantungnya berdebar cepat. Ternyata Kris masih peduli padanya. "Karena kamu harus mengurus proyek CSR itu lagi. Waktu kita tidak banyak,"

Gita menipiskann bibirnya karena kesal. Cepat-cepat dia menyingkirkan pikiran baik tentang Kris tadi.

"Aahssiaappp," jawab Gita mencemooh sambil melakukan gerakan hormat dengan wajah menyebalkan. "Nggak perlu diingatkan pasti saya akan tetap menjalankan tugas saya,"

"Bagus kalo begitu,"
***
H-1 project.

"Lho, kok, pornografi Lo?" Celetuk Putra saat melihat Dino keluar dari kamar mandi hanya dengan lilitan handuk sebatas dada. Dia mirip lemper yang dibungkus daun pisang super kecil. Mbleber ke mana-mana.

Dino mulai berlenggak-lenggok bak model Pictoria Sekret.

"Turunin dikit dong handuknya," Pinta Yuda dengan wajah genit ala Om-om. Dino mengerling nakal, menurunkan perlahan handuknya kebawah dan, menaikkan dengan cepat sebelum putingnya terlihat. Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Hanya ini hiburan ditengah kepenatan dan kelelahan dalam persiapan CSR besok. Putra, Dino, Gita dan Yuda harus menginap di hotel terdekat demi persiapan yang lebih matang. Mereka baru saja melakukan acar gladi bersih dan melengkapi kekurangan yang ada hingga jam delapan malam baru mereka tiba di hotel. Gita yang perempuan sendiri memilih bercengkrama di kamar para laki-laki gila itu karena mereka bertiga sekamar.

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang