The Space

15.7K 2.2K 129
                                    

Author POV

Memilih untuk menghilangkan kesedihan dan kegalauan hati karena diminta Kris resign, Gita memutuskan untuk join visit bersama Dino, Vico dan Putra. Bekerja sendirian yang ada semakin kepikiran. Kalo ada teman mengobrol sambil menemani bekerja, pikirannya tidak akan terlalu kacau

"Emang mulut sales itu yang paling manis, tapi janjinya pahit semua." Ujar Putra yang disetujui Vico lewat sebuah anggukan. Mereka sedang diskusi random seperti biasanya.

"Ada asin-asinnya nggak? Kalo ada, itu bekas pejuh." Celetuk Dino yang membuat semuanya tertawa terbahak-bahak dengan lawakan anti mainstream.

"Bangsat, lo minum pejuh lo sendiri, sampai tau rasanya?" Seru Putra disela tawanya yang belum juga reda.

Vico menambahkan "Dia minum punya Angga waktu mereka-"

"Oit-oit-oit! Soriii, gue masih normal." Dino memotong cepat dan berhasil membuat yang lain kembali tertawa geli, tak terkecuali Gita.

Sialan, pikir Gita. Bisa-bisanya orang-orang ini tetap berhasil membuat tertawa hingga sakit perut meski tengah gundah gulana. Memang pilihan yang tepat untuk bersama yang lain.

Dan, momen seperti ini lah, yang akan dia rindukan jika dirinya memilih resign.

"Gaes, nanti, kalo udah nikah, Lo pada milih istri yang bekerja atau diam di rumah aja?" Gita melontarkan pertanyaan pada teman-teman prianya. Hanya ingin tahu, apakah semua pria memiliki pemikiran sempit seperti Kris-menurut Gita.

Vico menjawab duluan "Gue terserah istri aja nanti. Yang penting kebutuhan ranjang gue tetap terpenuhi. Hehehe."

"Dasar Om-Om mesum." Sindir Dino geli.

"Lo sendiri Din?" Tanya Gita pemasaran. Mungkin kalo pria pelawak hidupnya lebih luwes kali, ya?

"Kalo gue pilih istri yang kaya tujuh turunan. Jadi gue aja yang resign." Jawab Dino dengan mantab.

"Masalahnya, wanita kaya mana yang mau sama ikan kembung kayak Lo?" Seru Putra meremehkan.

"Lo nggak tahu, pria lucu lebih unggul daripada pria tampan." Jawab Dino sombong. "Buktinya, pelawak-pelawak yang di tivi istrinya cantik, ada yang bahkan nikah sama pramugari."

"Iya lah, mereka kaya. Kalo cuma sales kayak Lo mah, lirik aja nggak, apalagi mau deketin?" Putra mengingatkan.

"Kalo Lo, Put? Si Ranty kan, kerja. Apa, Lo bakalan nyuruh dia resign juga, atau tetap kerja?" Tanya Gita, berharap jawaban Putra yang paling masuk akal. Karena pria ini telah bertunangan. Dua bulan lagi dia akan segera naik pelaminan.

"Gue apa kata Ranty aja. Mau kerja silahkan, mau di rumah ngurus anak juga oke. Yang penting komitmen sama tugas masing-masing sebagai suami dan istri, sih."

Gita terdiam setelah mendengar semua jawaban temannya. Kemudian membandingkan dengan pemikiran Kris. Sepertinya, semua tidak mempermasalahkan jika istri mereka kelak bekerja. Tanpa sadar Gita menghela napas pelan. Tuhan, kenapa Kris berbeda?

Menangkap perubahan emosi Gita, Dino mengendus sesuatu yang mencurigakan. "Lo mau nikah ya, Mbak?" Tembak Dino hingga Gita melotot horor.

"Mak-maksud Lo, apa, hah?! Gue giles pake roller, kurus lo." Ujar Gita diantara usahanya menutup rasa kaget.

"Nge-gas tanda kebenaran." Tambah Dino.

"Iya, nggak bisanya Lo tanya hal serius kayak gini. Jangan-jangan Lo udah dilamar ini, tapi nggak info kita-kita. Wah, wah. Gue nggak nyangka Lo setega itu. Kita tahu, makannya Dino banyak, tapi nggak gitu juga Git, mau nikah diam-diam. Segitunya takut catering nikahan Lo habis gara-gara dia." Vico menggeleng pelan pura-pura kecewa.

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang