Why Me?

41.7K 4.8K 420
                                    

Author POV

Gita pikir, setelah dirinya dewasa seperti sekarang, dia akan mengalami kisah cinta yang romantis seperti para Disney princess. Atau, paling tidak seperti Papa dan Mamanya, yang cinlok karena satu jurusan saat masih kuliah dulu.

Tapi, jika ditilik ke belakang, jangan kan kisah cinta ala-ala putri Disney. Merasakan indahnya pacaran saja sepertinya tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Dimulai dari lahir sampai usianya yang sekarang -dua puluh delapan tahun- hanya kepahitan yang datang melanda.

Seperti sekarang, Gita menyesal karena memilih datang ke bioskop waktu midnight. Bukannya sepi, malah lebih ramai, sialnya, kebanyakan dari mereka adalah pasangan. Niatnya menyendiri jadi terinterupsi. Mukanya terus cemberut sepanjang film karena pasangan disebelahnya terus saja mengumbar kemesraan.

"Utuk, utuk, cayangnya capa cih, tantik anet." Suara si cowok semakin membuat Gita pengen mencolok mata si cowok yang lebih mirip berbicara pada orang utan daripada berbicara dengan seorang manusia.

"Chayanknya Bebi dong." Si cewek nggak kalah membuat suaranya seimut mungkin. Suaranya lebih menyeramkan dari kuntilanak jembatan Ancol.

Terdengar Gita berdehem, merasa terganggu ketika berusaha keras berkonsentrasi pada film di depannya. Tapi tampaknya kedua sejoli itu tidak merasa jika mereka adalah objek yang semakin membuatnya kesal setengah mati. Belum lagi, aksi suap menyuap jagung kembang yang penuh drama. Ingin rasanya Gita menyumpal segenggam jagung kembang ke masing-masing mulut mereka. Tidak tahu ya, jika Gita tengah mencari pelarian dari semua masalah yang mendera hidupnya? Terutama hal berbau cinta-cintaan!

"Bebi, filmnya seremm. Atut..." Lirih si cewek dan berusaha menyembunyikan wajahnya di dada sang pacar.

"Nggak serem kok, liat dia cuma pegang pisau kok dan-WAAAA MATANYA DICOLOK!" teriak sang cowok ketakutan setengah mati. Berhasil membuat Gita kaget hingga terlonjak di kursinya sendiri. Jeda lima detik, cowok itu kembali berteriak histeris hingga jagung kembang berhamburan dari tangannya. Tentu saja Gita yang disebelahnya ikut menjadi korban. Rambut dan tubuhnya bersimbah jagung kembang. Lengket dan berasa asin sekaligus. Mood Gita sudah jelek, daripada dirinya meng-smack down pasangan muda-mudi itu dan mereka pun bakal berserak, lebih baik dia keluar mencari udara segar.

Selesai membersihkan pakaian di toilet, Gita melangkah keluar dari bioskop dan memilih tempat yang lebih tenang dalam membunuh kegalauannya.

Sambil berjalan, otaknya berpikir ke mana kah, dia harus pergi untuk melamunkan kehidupan yang fana ini.

Baru beberapa langkah dari pintu keluar bioskop, hapenya bergetar. Telpon dari Dino-saurus.

"Halo?" Tukas Gita malas.

"Password-nya?" Balas Dino.

"Kluwak white coffe, kopi nikmat, nyaman, nggak bikin kembung?" Sambar Gita meladeni kegilaan rekan kerjanya.

"Dua juta rupiah!"

"Udah deh, mau apa Lo telpon gue Gendut?" Jengah Gita to the point.

"Hehehe, tahu aja Lo Mbak kalo gue ada maksud dan tujuan menelpon? Nggak perlu latar belakang lagi. Gini, besok Lo gantiin gue handle event APAPARI* di JCC."

"Lho kenapa?" Gita mendengus marah, mirip banteng matador.

"Eitss, jangan esmoni dulu. Lo tahu kan, mbak, dokter estetika dokter Susi minta gue hadirin acara NASWAAM*. Kalo titah dia keluar, gue nggak bisa nolak. Bisa diretur semua barang kita di klinik dia. Gue udah info Kris empu Gandring kalo gue pamit dari APAPARI."

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang