Author POV
"Minum dulu," ucap Kris dari pinggir ranjang dan menyodorkan sebotol air mineral lengkap dengan sedotan. Gita yang masih merasa pusing meraih botol tersebut dan meneguk beberapa kali. Setelah itu, dia kembalikan botol tersebut pada Kris. Gita bersandar lemah pada ranjang yang dinaikkan hingga setengahnya, hingga Gita bisa menyamankan dirinya. UGD Siloam malam ini tidak terlalu ramai. Dari 5 bed, hanya 2 yang terisi oleh Gita dan seorang bule yang tertusuk duri babi.
"Udah baikan?" Gita mengangguk lemah. Dia barusan saja sadar.
"Kita di rumah sakit?" Tebak Gita.
"Iya," jawab Kris singkat.
"Saya kenapa pak?" Tanya Gita dan memegang kepalanya yang masih sakit.
"Kamu alergi seafood?" Kris tidak menjawab pertanyaannya.
"Seafood? Nggak kayaknya Pak. Selama ini saya makan, baik-baik saja,"
"Kata dokter kamu alergi seafood. Kamu makan apa aja tadi?"
Kening Gita berkerut, mencoba mengingat apa yang di makan di OMNIA.
"Nggak tahu pak. Banyak yang saya makan,"
"Jadi orang jangan terlalu maruk," sinis Kris yang membuat Gita cemberut. Dia memilih diam saja daripada berdebat karena sedang malas meladeni Kris. Masih sempat saja pria itu melontarkan nyinyiran disaat seperti ini. Tubuhnya masih lemas, dan tanpa permisi Gita kembali memejamkan matanya karena masih mengantuk. Dia tidak ingat kejadian sebelum sampai ke sini. Jika saja dia ingat apa yang dia lakukan dan ucapkan, mungkin Gita lebih memilih menggali kuburannya sendiri daripada bertemu Kris.
Sebelum benar-benar ke alam tidak sadarnya, Gita masih mendengar samar seseorang yang mengucapkan "Ternyata kamu belum bisa melupakan saya,"
***
Tepat pukul 2 siang, Gita dan Kris telah naik ke pesawat yang akan membawa mereka kembali ke Jakarta. Keadaan Gita juga sudah membaik setelah di rawat di UGD semalaman. Dia kembali pulang ke hotel jam 5 pagi setelah dinyatakan stabil oleh dokter."Geser," ucap Kris lebih kepada perintah kepada Gita yang duduk di kursi tengah. Disebelah kirinya ada seorang pria.
"Tapi kursi saya di sini," Gita mengecek sekali lagi boarding pass miliknya yang tertera nomor 20B. Benar, kursinya ada di tengah.
"Gita jangan buat saya mengatakan dua kali," ucap Kris sedikit melotot. Meski kesal, Gita mengikut perintahnya. Dia bergeser dan duduk di kursi milik Kris, dekat jendela.
Setelah Kris duduk di kursinya, dia segera memasang seat belt dan menatap sesaat Gita yang juga baru saja selesai memasang seat beltnya sendiri.
Wajah wanita itu masih sedikit pucat, tapi masih lebih baik dari kemarin. Kris kembali teringat kelakuan Gita tadi malam.
"Ke-kenapa Pak?" Gita yang merasa diperhatikan jadi salah tingkah. Dia memegang wajahnya, mana tahu ada yang aneh. Misal, tumbuh tanduk tiba-tiba hingga membuat Kris terus menatapnya.
Pria itu menggeleng "Kalau saja kamu tahu apa yang sudah terjadi semalam,"
Kening Gita berlabirin, mencoba mengingat apa saja yang sudah dilakukannya semalam.
"Bukannya saya tidur semalaman di UGD ya?" Tanya Gita ragu. Kris tertawa mencemooh.
"More than that,"
Apaan, sih? Sok misterius! Emangnya gue mabuk terus joget-joget di pinggir jalan dan bikin dia malu???
Gita memilih diam sekali lagi. Perjalanan masih panjang, dia tidak mau sakit hipertensi hanya gara-gara pria di sebelahnya yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...