Author POV
Setelah para kaum Sudra pergi-lebih tepatnya diusir oleh Gita, suasana apartemen kembali tenang dan damai seperti semula. Tidak ada lagi suara perdebatan siapa yang akan membawa sisa snack yang masih tertinggal di atas meja. Sumpah, Gita benar- benar malu melihat temannya yang norak abiezt. Apalagi, Kris mengeluarkan semua snacknya untuk masing-masing bawa pulang agar tidak terjadi baku hantam antar kaum Sudra."Harusnya kamu nggak perlu keluarin semua." Protes Gita dan mengikuti Kris ke arah dapur untuk menyimpan gelas dan piring kotor di kitchen sink. "Maaf ya, mereka ngerepotin dan makannya banyak. Apalagi si Dino."
"It's okay. Daripada kadaluarsa. Aku juga tidak bisa menghabiskan semua. Mereka sering mengirimkan makanan dalam jumlah banyak meski sudah aku larang."
"Mereka?" Ulang Gita penasaran.
"Orang tua ku yang mengirimkan lewat pekerja di rumah."
Meski hidup terpisah, orang tuanya masih perhatian, batin Gita. Kenyataan orang tuanya sudah bercerai, tidak membuat Kris kekurangan kasih sayang sepertinya. Tapi, tetap saja dia terlihat kesepian saat mereka masih SMA. Entah kalo sekarang.
Tidak melihat respon berarti, Kris berkata "Aku mandi dulu. Nanti ada yang mengantar baju ganti buat kamu, ambil saja."
"Baju?" Kening Gita berkerut heran. Perasaan dia tidak minta dibelikan baju.
"Kamu nggak mungkin pulang ke rumah pakai baju aku, kan?" Kris menyentil pelan hidung Gita kemudian mengecup puncak kepalanya, menghirup sesaat harum shampoo miliknya yang lebih wangi daripada biasanya. Apa karena dipakai oleh Gita?
"Iya, juga, ya. Hehehe." Gita menyengir lebar baru ingat jika T-shirt Kris masih melekat ditubuhnya. Sebenarnya menggunakan ini saja sudah nyaman, tidak perlu ganti. Toh, bajunya juga hanya digunakan untuk tidur, bukan main lumpur. Tapiiii, Gita tidak mau membuat Kris merasa besar kepala dengan tetap menggunakan bajunya sampai pulang.
"Dia akan tiba sebentar lagi. Aku mandi dulu. Jangan lupa cek dilayar sebelum membuka pintu." Kris menyeringai dengan ekspresi mengejek. Gita menjulurkan lidah kesal dan memilih duduk di ruang TV. Mengganti channel mencari acara TV yang sekiranya dapat membuat waktu berjalan cepat sambil menunggu Kris selesai mandi. Belum juga mendapat acara yang menarik, terdengar suara bel ditekan oleh seseorang. Gita berjalan menuju pintu dan mengecek dilayar seperti saran Kris. Seorang pria tinggi berkacamata bening, dengan setelah hitam yang rapi sedang berdiri sambil menenteng hanger dengan cover berwarna hitam.
"Mungkin ini yang dimaksud, Kris? Tapi gue harus memastikan kembali." Gita menekan tombol bergambar speaker dan berbicara "Cari siapa?"
Bisa terlihat jelas jika pria itu sempat kaget dan terlihat linglung, kemudian arah pandangannya terlihat fokus pada pintu. Memastikan jika dia tidak salah nomor apartemen.
"Ini benar unit Pak Kris?" Tanya nya sambil menatap ke kamera. Karena kalo melambaikan tangan, uji nyali namanya.
"Iya benar. Cari siapa?" Gita langsung menepuk keningnya begitu sadar pertanyaannya terdengar bodoh.
"Saya Aiden Evano, sekretaris Pak Krisna yang baru."
"Sekretaris?" Gita jelas bingung. Pria itu bahkan belum menceritakan dia bekerja di mana, tapi dia sudah memiliki sekertaris?
"Betul, Bu. Saya ke sini diperintahkan Pak Kris mengantarkan dress ini untuk Ibu Gita. Apakah saya sedang berbicara dengan Ibu Gita sendiri?"
"I-iya. Sebentar, saya buka pintunya." Begitu pintu terbuka, wangi semerbak parfum khas pria merasuk dalam penciumannya, berasa di dalam hutan pinus film Twilight. Pria ini lebih cocok jadi model kaos singlet daripada sekertaris dengan bos yang sulit ditebak mood-nya. Mengalahkan sulitnya tes masuk Tentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...