Author POV
"Eh, udah lihat anak baru kelas sebelah belum?" Bella yang baru saja bergabung di meja Gita, membawa kabar terbaru. Dialah, si satu kosong delapan alias call center SMA 90 Jakarta. Semua berita terbaru, terhangat, dan ter-ter lainnya akan selalu diketahui Bella dahulu.
"Siapa? Siapa? Siapa?" Tanya Nana antusias. Berbeda dengan Gita, dia sibuk menyalin PR Nana. Tapi, telinganya tetap mendengarkan dengan baik setiap kalimat Bella.
"Namanya Kris Mahesa Wijaya, panggilan Kris, umur 17 tahun, tinggi 180 cm, berat badan 60kg, pindahan dari Jakarta. Wajah, di bawah rata-rata, kepintaran? Belum diketahui. Hobi, kesukaan, warna favorit, yang dibenci, status masih dalam tahap penelitian,"
Gita dan Nana saling menatap, tertegun, kemudian menepuk tangan takjub dengan riset Bella soal anak baru. Tidak salah memang dia dijuluki satu kosong delapan-nya SMA 90.
"Luas biasa, biasa di luar. Anda perlu diberi penghargaan," Nana memberi hormat pada Bella ala-ala drama China.
"Tapi dia kelihatan culun dari gayanya," keluh Bella. "Tambah sakit mata gue,"
"Kayak Lo paling cakep aja! Gita yang princess sekolah aja nggak pernah songong kayak Lu," Nana menjitak gemas kepala Bella.
"Ih, gue kan, penikmat ciptaan Tuhan. Boleh lah, kalau cuma komen," ucap Bella kesal.
"Lu juga ciptaan Tuhan kali! Yang nggak bisa dinikmatin karena pas pembagian muka Lo telat, dapatnya sisa," Nana terbahak-bahak sementara Bella mulai mencoba mencubit Nana yang tentu saja sudah menghindar. Akhirnya mereka mulai main kejar-kejaran diantara Gita.
"Hei, udah dong! Gue pengen nyalin PR ini dengan tenang dan damai biar nilai gue bagus!" Gita mendengus kesal saat Nana menyenggol tangannya, dan membuat bukunya tercoret.
"Mana ada nyontek nilai bagus?" Sindir Nana dan menjulurkan lidahnya dengan jenaka.
"Udah deh, kalian duduk tenang aja kenapa sih?" Sungutnya dan kembali mencatat PR.
"Eh, eh!" Tiba-tiba Bella berseru sambil menunjuk-nunjuk keluar jendela. "Itu yang namanya Kris!"
Seketika Gita dan Nana menoleh ke arah jari Bella.
Jika ini film, maka, Kris akan berjalan lambat, hilang diantara tembok, kemudian muncul lagi di jendela selanjutnya. Dan, ketika dia berpaling ke samping, matanya akan menatap para murid dalam kelas, kemudian, sepersekian detik, tatapan itu akan bertemu dengan milik Gita.
Mereka akan saling menatap, dengan mata yang berkedip sangat lambat, tanpa perasaan apa pun, hanya dua orang asing yang baru pertama kali saling melihat. Gita membenarkan apa kata Bella tadi. Bahwa Kris adalah cowok culun.
***
Sudah seminggu Kris berada di sekolah ini, dan selama seminggu ini pula, kehadirannya tidak terlalu mencolok-meski dia baru, karena cowok itu lebih memilih sendirian. Entah saat istirahat, pulang sekolah, bahkan bicara seperlunya."Kayak robot aja. Udah kaku, culun, irit bicara! Gue sampai kesel banget waktu diharuskan sekelompok sama dia. Kayak ngomong sama batu. Emosi tingkat internasional gue," keluh Bella di suatu siang yang panas dalam kelas Gita.
"Gue juga kesel, Lo punya kelas sendiri tapi nangkring terus dimari," keluh Nana sambil mengipas-ngipaskan tangan.
"Udah deh, jangan cerewet! Gue juga lagi cerita sama Gita, bukan sama Lo!" Bella menunjuk wajah Nana sebal.
"Tapi, gara-gara dia juga, kelompok gue sama dia yang nilainya paling tinggi,"
"Berarti dia pintar, dong?" Tukas Gita dan sedikit tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...