Yes Or Yes?

48.6K 4.9K 241
                                    

Author POV

Seperti sebelum, sebelum, sebelumnya, Kris akan selalu berada di perpustakaan saat jam istirahat. Selain menghindar dari kehidupan sosial sekolah yang memuakkan, perpus juga tempat favorit Kris karena hening dan kesunyian yang tercipta. Sesuatu yang selalu menjadi temannya selama ini.

Kris memilih rak buku fiksi untuk kunjungan kali ini. Entah kenapa, beberapa waktu ini dia suka membaca puisi, atau sastra lainnya.

"Hai," Kris hampir saja terjatuh ke belakang karena terkejut melihat wajah Gita muncul tepat diantara ruang kosong yang tercipta saat tangannya bergerak mengambil sebuah buku. "Gue ngagetin Lo, ya? Sori," Gita tersenyum lebar merasa tidak enak setelah membuat anak orang jantungan.

Kris menghela napas menenangkan diri dan memilih duduk di kursinya tadi. Gita ikut duduk, mengambil kursi yang berhadapan dengan Kris.

"Kalo gue kiat-kiat, Lo lebih sering di perpus. Kenapa Lo selalu milih sendirian di sini?" Tanya Gita bingung. "Kenapa nggak pernah gabung sama anak cowok yang lain? Main sepak bola, basket, atau sekedar nongkrong?" Otak Gita sepertinya sedang diset pada mode kepo.

"Gue nggak tertarik," ketus Kris tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang dibacanya.

"Kenapa? Biasanya cowok suka main sepak bola" Gita masih saja penasaran.

"Nggak apa-apa," Kris mencoba bersabar dan mengabaikan Gita.

"Kalo kayak gini, gimana Lo bisa dapat teman? Ayolah, coba berteman dengan yang lain, jangan hanya nongkrong sama buku aja,"

Kris menghembuskan napas kesal dan menatap Gita tajam karena cewek ini semakin menggangu saja. "Lo itu ganggu banget. Kalo nggak mau baca, silahkan pergi,"

Dari ekspresi Gita, bisa dikatakan dia kaget ketika Kris berkata seperti itu padanya. Alih-alih merasa tersinggung, Gita malah cengengesan.

"Hehehe, maap karena udah cerewet dan udah ganggu Lo. Gue pengen Lo juga bergaul sama teman-teman yang lain. Apapun. Apapun hal yang bikin Lo nggak senang berteman di sekolah Lo yang dulu, nggak akan terjadi lagi di sini. Yang penting, Lo mau terbuka untuk berteman, gue yakin, anak-anak bakal dengan senang hati mau jadi teman Lo. Termasuk gue," Gita tersenyum dan berdiri dari kursinya hendak pergi memberi ruang agar cowok itu bisa menyelesaikan bacaannya.

"Kenapa?" Seruan Kris mengentikan langkah Gita. Dia berbalik menatap Kris. "Kenapa Lo harus repot-repot kayak gini padahal gue cuma anak baru dan bukan apa-apa dibandingkan Lo yang memang udah terkenal,"

"Kalo ditanya kenapa, gue juga bingung Kris. Gue murni cuma pengen temenan sama Lo," Gita mengangkat bahunya acuh.

"Teman Lo udah banyak. Nggak perlu punya teman kayak gue," sinis Kris merasa Gita hanya kasihan pada dirinya. Atau bisa jadi, cewek ini hanya ingin memanfaatkan kepintarannya.

"Jangan berpikiran buruk, sebelum mencoba untuk temenan sama gue. Gue berteman sama siapa aja, nggak pilih-pilih meski menurut orang-orang gue terkenal. Tapi gue biasa aja. Just try to be my friend," Gita tersenyum lagi dan kali ini berhasil memberikan denyut aneh pada jantung Kris. Senyum tulus, yang belum pernah dilihat Kris sebelumnya diantara siswa yang ditemuinya selama ini.

Usai kepergian Gita, Kris tidak bisa berkonsentrasi lagi pada buku yang dibacanya. Kalimat dan senyuman Gita mengacaukan pikirannya. Kris menutup buku dengan kasar dan memutuskan meminjam saja, daripada memaksa untuk membaca lagi. Selesai dengan administrasi peminjaman buku, Kris keluar dari perpus menuju bagian belakang sekolah untuk tidur siang sebentar karena bel masuk belum berbunyi.

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang