Author POV
Kris mengetukkan ujung sepatu ke lantai sambil terus melihat ke arah ruang kelas Gita. Ini hari kedua mereka berpacaran setelah drama di museum, yang membuatnya berani mencium cewek itu dan menyatakan perasaannya. Tanpa diduga, Gita menerima cintanya. Meski Kris sebenarnya sudah siap jika ditolak. Malah yakin, Gita akan menganggap pernyataan sukanya cuma angin lalu.
Rencana hari ini adalah date pertama mereka. Kris mengajak Gita jalan-jalan. Entah ke mana, yang penting, dia bisa bersama Gita lebih lama dari biasanya.
Tidak lama, murid dari kelas Gita keluar satu per satu. Cowok itu terlihat bersemangat, sambil menatap seksama ke arah pintu. Berjaga jika terlewat melihat pacarnya. Padahal mereka sudah berkirim pesan. Gita juga tahu dimana persisnya Kris berada untuk menunggunya. Tapi cowok itu tetap saja menatap ke arah pintu, sambil merasakan sensasi jantung berdegup cepat menunggu wajah yang selalu membuatnya meurutuk, kenapa bumi harus melewati waktu malam. Kenapa tidak pagi setiap hari, tanpa ada malam, sehingga dia bisa bersama Gita dalam waktu lama. Dasar, remaja alay. Baru juga dua hari pacaran.
Mata Kris melebar saat melihat Gita keluar bersama Nana. Dia langsung bersembunyi di balik tembok, kemudian berlari menuju tempat mereka berjanji untuk bertemu. Di warung Wak Keling yang jaraknya tidak jauh dari sekolah, namun sepi dari para murid SMA 90. Disana mereka bisa bertemu dengan aman, dan berjalan bersama untuk jalan-jalan.
Kris menetralkan nafasnya yang pendek karena berlari terlalu kencang. Sungguh, cinta membuatnya aneh. Bukan dirinya sama sekali. Mantra apa yang Gita punya hingga membuat Kris bukanlah seorang Kris. Sampai Wak Kelik yang muncul tiba-tiba membuatnya semakin sulit bernapas.
"Beli apa?!" Tanyanya dengan logat Medan yang kental.
"Be-beli..." Kris berpikir sambil melihat apa yang harus dibeli. Karena memang tujuannya bukan untuk bertransaksi. Semakin dipelototi, Kris mengambil apa saja yang bisa dijangkau tangannya. Segenggam permen cashew nut berbungkus kertas orens terang dengan gambar kuda.
"Lima ribu!" Seru Wak Kelik, kemudian menyambar uang lima ribuan yang disodorkan Kris.
"Kris, udah lama?" Cowok itu berbalik cepat ketika mendengar suara yang sudah dihapalnya. Gita tersenyum saat pandangan mereka bertemu. Salting, Kris menyodorkan segenggam penuh permen yang dibelinya, lalu menyesal dalam sedetik melihat wajah bingung Gita.
"Ka-kalo nggak mau gue simpan lagi."
"Mau!" Gita mengambil beberapa permen sebelum Kris menyimpannya. Langsung membuka sebungkus dan mengunyah dengan wajah ceria. "Enyakk." Ujarnya dengan mulut penuh. Jantung Kris semakin berdangdut ria. Kenapa Gita harus tersenyum semanis itu, sih? Jantungnya semakin lemah rasanya.
"Kita mau ke mana?" Tanya Gita saat Kris hanya diam melihatnya. Ke mana? Kris juga tidak tahu. Yang penting, bisa bersama Gita.
"Ikut gue." Kris berjalan lebih dahulu, meninggalkan Gita di belakangnya. Ada gap antara mereka. Kris terlalu malu untuk berjalan berdampingan bersama Gita yang terlalu bersinar, sementara dirinya lebih mirip ubi jalar.
Gita yang dibelakang sedikit murung. Mereka pacaran, atau lagi jalan santai, sih? Kok nggak berdampingan, nggak pegangan tangan seperti pacar Gita yang sebelum-sebelumnya. Dia juga tidak tahu, kenapa langsung mengiyakan permintaan Kris, tanpa berpikir dulu. Padahal, jika dibandingkan dengan mantan-mantannya, Kris tidak ada apa-apanya. Sibuk berpikir, Gita tidak sadar jika Kris sudah berhenti, dan berbalik untuk melihatnya.
"Aaww!" Gita meringis pelan saat wajahnya membentur dada Kris. "Eh? Maaf gue nggak liat." Gita mengusap pelan hidungnya.
"Kenapa jalan di belakang?" Tanya Kris dengan tenang meski dadanya kebat-kebit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...