That Moment

44.6K 5K 234
                                    

Author POV

Gita seperti malas-malasan berangkat ke kantor hari ini. Selain malas harus melihat wajah Kris, dia juga tidak mood harus mengahadapi teman-temannya yang terus saja kepo tentang hubungannya dan Kris karena sebuah foto yang dishare Yuda.

"Oke, anggap saja tidak terjadi apa-apa. Itu keahlian gue," Gita meyakinkan dirinya sendiri sebelum membuka pintu ruangan kerjanya. "Selamat pagi!" Seru Gita dengan semangat dibuat-buat. Semua membalas sapaannya. Inilah bagian terberat. Masuk ke ruangan Kris dan menyapanya.

"Bapak nggak masuk," celetuk Bu Sherly ketika wanita muda itu sudah berdiri di depan ruangan Kris.

Mata Gita membulat kaget "Nggak masuk? Kenapa?" Perasaan Gita mengatakan ketidak hadiran Kris berhubungan dengan kejadian semalam.

"Tadi Bapak info dia sakit jadi nggak masuk," jelas Bu Sherly dengan tatapan terpaku pada layar laptop. Gita kembali duduk di tempatnya, dengan banyak pikiran melintas dalam kepalanya. Bisa jadi Kris sakit karena Adit terlalu keras memukulnya, atau karena disiram air es oleh Gita? Tapi, tadi malam Kris masih baik-baik saja meski wajahnya terluka karena pukulan Adit.

"Dua puluh menit lagi kita pergi. Gue nggak sabar dengar penjelasan Lo," bisik Yuda dan Gita tetap memasang ekspresi super datar.

"Iya, aku juga udah nggak sabar," Angga ikut menimpali.

"Gue juga nggak sabar," Dino ikut mengangguk sok penasaran.

"Emang Lo nggak sabar kenapa?" Tanya Rina ketika melihat Dino sepertinya tidak sabar untuk hal lain.

"Nggak sabar buat makan pecel Mbok Lastri," jawab Dino dan menjilat bibir bawah dengan gaya ala om-om genit.
**
"LO BERDUA SATU SMA?!" Suara para kaum Sudra-kecuali Putra-membahana di salah satu sudut warung pecel Mbok Lastri, hingga semua orang berpaling pada mereka.

"Emang kenapa kalo satu SMA?" Tanya Gita heran. "Kalo kita satu Ayah dan Ibu baru Lo pada baru boleh kaget!"

Apalagi tahu gue sama dia dulu pernah pacaran? Bisa gonjang-ganjing dunia persilatan

"Terus-terus, dia dari SMA memang udah ganteng?" Rina terlihat sangat antusias dari yang lain. "Terus, memang udah cool dan jutek gitu?"

"Terus, terus! Dah kayak kang parkir lu!" Putra menanggapi yang membuat Rina cemberut.

"Gue nggak terlalu kenal, soalnya beda kelas. Jarang ketemu. Dia cuma dekat sama Agung, istri dari sepupu, sepupunya Mas Yuda. Kalo mau tanya yang lengkap, ke dia lah," kilah Gita dan meneguk es teh yang menyegarkan.

"Iya, ya? Mending gue tanya langsung ke Agung," Yuda membeo. "Tapi masak Lo nggak pernah sekali pun ngomong sama dia?"

"Dia anaknya pendiam banget, nerd dan sombong. Ngapain juga harus akrab sama dia?" Hmmm, Gita seperti lagu saja. Lain di mulut, lain di hati, lain di ginjal, paru-paru dan jeroan.

"Udah jelas ya, tuanya aja sengak kek gitu," keluh Dino. Gita mengangguk dan mengiyakan, setuju. Tapi satu yang tidak mereka tahu jika Kris di masa puber adalah hal paling cute yang Gita bisa temukan pada masa putih abu-abunya.

"Pantas saja diumur yang masih muda, Pak Kris sudah menjabat posisi berkelas seperti saat ini," Angga berkomentar yang sebenarnya tidak penting juga karena tidak ada yang mendengarkan.

"Tapi waktu SMA dia pacaran nggak? Atau alergi sama cewek? Mengingat dia nerd," tambah Vico penasaran.

"Ya-ya enggak tahu lah! Gue kan udah bilang nggak dekat sama dia," tiba-tiba intonasi Gita meninggi ketika disinggung tentang pacar.

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang