Author POV
Gita meletakkan tas berisi pakaian kotor dan barang-barang lain yang dibawa selama up-country ke Pulau Seribu kemarin secara sembarangan di lantai, sementara dia membanting tubuh lelahnya di atas sofa.
"Caappeekkk... Pengen berhenti kerjaaa... Pengen nikah ajaaaa sama anak Sultan atau raja minyak biar nggak usah kerjaaaaa!" Teriak Gita frustasi. Tentu saja ini cuma ungkapan rasa letihnya setiap kali merasa bosan atau stres. Namun, disaat tanggal dua puluh tujuh, senyum sumringah akan kembali menghiasi wajah manisnya, dan itu masih lama.
"Pokoknya gue mandi, pesan makanan enak, makan sambil nonton, telpon Mama-Papa, terus tidur sampai siang. What a perfecf Saturday night," Gita merenggangkan tangan dan badannya mencoba mengusir rasa pegal dan melirik jam baru pukul lima sore. Dia berdoa semoga Adit tidak mendatangi rumahnya karena dia masih marah. Ngomong-ngomong soal kekurangan uang itu, Gita memutuskan meminjam uang dari koperasi kantor.
"Mungkin Adit benar, gue, memang bego," gumamnya dan merasa sedih jika mengingat perkataan Adit untuknya.
Manusia Gua: Sudah sampai Jakarta?
Gita menghela napas saat mendapat pesan dari Kris. Sengaja dia memakai nama 'Manusia Gua' karena memang kelakuan Kris yang primitif-terutama dalam berbahasa dan tingkah laku, sukanya mengurung diri dalam ruangan dan yang keluar untuk tiga hal. Makan siang, ada urusan penting di luar, dan membuat kopi. Jika saja ada toilet dan air galon dalam ruangannya, mungkin selamanya Kris akan membusuk di gua miliknya.
Gita: Sudah sampai Pak barusan
Manusia Gua: Ok. Jangan lupa report evaluasi selama up-country
Muka Gita langsung tertekuk menjadi tujuh belas-kalau bisa, saat membaca kata "report".
"Ini mal-ming men.." keluh Gita "Dan Lu suruh gue buat report?" Sinis Gita. "Emang gue punya pilihan lain, selain segera mengerjakan?" Akhirnya terdengar pasrah dan berdiri menuju kamarnya. "Selamat tinggal rencana malas-malasan," Gita melangkah lemas ke dalam kamar.
Setelah selesai mandi sekalian keramas, Gita lebih merasa segar dan sedikit bersemangat. Dia mengecek ponselnya. Tidak ada pesan lagi dari Kris setelah dia membalas akan mengerjakan reportnya.
Lagi ponselnya berbunyi ada pesan masuk. Dari nomor tidak di kenal.
0813xxx: Aku diluar. Tolong buka pintunya sayang. Aku tahu kamu ada di dalam
Gita terkejut dan berlari secepatnya ke depan, mengintip siapa yang sudah ada di depan. Siapa lagi kalau bukan pacarnya. Sedang berdiri di depan pagar yang terkunci. Dia masih memakai seragam kerjanya, berdiri dengan ekspresi harap-harap cemas.
"Ngapain dia ke sini sih? Bikin rusak mood aja," gumam Gita dan menatap Adit yang kini memukul gerbang dengan gembok, agar Gita tahu keberadaannya di luar.
"Gita," panggil Adit masih membunyikan gerbang. "Gita tolong buka pintunya kita perlu bicara," lanjut Adit.
"Bicara, minta maaf, dan melakukan lagi. Gue udah ngerti pola Lu," omel Gita masih mengintip. Hapenya kembali bergetar karena Adit kini menelponnya. Gita mengabaikan panggilan tersebut beberapa kali sampai Adit mengirimkan pesan.
0813xxx: Nanti jam 8 aku datang lagi. Kita keluar ya?
Setelahnya Adit menghilang dalam mobil dan melaju ke jalanan meninggalkan rumah Gita.
"Oke, datang aja. Gue juga bakalan pergi. Weekkkk," Gita menjulurkan lidah mengejek pada hapenya sendiri dan bergegas bersiap keluar. Sambil membawa laptop tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...