Sweet Date

22.4K 2.7K 253
                                    

Author POV

Gita menyeka air mata yang menggenang disudut matanya setelah menguap berkali-kali. Jarang sekali Gita bangun lebih dahulu sebelum sinar matahari muncul di hari Sabtu dan Minggu kecuali ada event atau acara penting yang mengharuskan dirinya hadir pada pagi hari.

Dan Sabtu ini bisa dibilang penting-versi Kris, karena pertama kalinya Kris mengajak Gita pergi berkencan setelah meresmikan kembali hubungan yang sempat terputus. Baru semalam Kris mengirimkan pesan singkat, padat, namun tak jelas maksudnya.

Krisna: Besok kita ke Bogor. Aku jemput jam delapan

Alis Gita mengerut heran ketika pesan Kris masuk jam sebelas malam. Baru saja tubuhnya rebahan di atas kasur, setelah menyelesaikan ritual malam.

Gita: Hah? Ada kerjaan?

Krisna: Nggak ada. Pengen cari udara segar. Jangan telat bangun

Gita: Jauh amat nyari udara sampai ke Bogor? Nggak sekalian sampai Medan, Pak? -_-

Krisna: Kamu masak ya? Buat bekal kita

Gita menghela napas. Nggak di kantor, nggak di rumah, hobinya ngasih kerjaan. Besok padahal waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu dengan tidur.

Gita: Harus banget kasih tau jam sebelas malam? Nggak ada apa-apa di kulkas selain air es dan mie instan.

Krisna: Kalo gitu aku jemput jam lima pagi. Aku temani belanja ke pasar

Gita: Gimana kalo kamu yang ke pasar sendirian? Aku tunggu di rumah

Krisna: See you next morning

Begitulah pesan singkat Kris semalam tanpa menjawab usul Gita. Bahkan ketika Gita meminta pertimbangan, pria itu tidak membalas lagi.

Seperti janjinya semalam, tepat jam lima pagi mobil Kris sudah terparkir manis di depan rumah Gita. Butuh dua puluh menit untuk membangunkan Gita plus menunggunya bersiap.

"Kamu nggak pernah bangun se-pagi ini?" Tanya Kris heran menatap Gita di sampingnya terus saja menguap dari tadi.

"Pernah, lah. Aku belum ngopi, cuma minum air putih. Mataku belum melek." Protes Gita dengan muka masam. Berbeda dengan Kris yang tampak segar bak es kelapa muda, seperti bukan orang yang baru bangun, apalagi dengan rambutnya yang setengah basah terlihat seperti bintang iklan shampoo anti ketombe untuk pria.

"Aku sudah bilang, jemput kamu jam lima. Seharusnya kamu bisa bangun lebih awal, biar bisa ngopi dan sarapan. Aku bahkan harus menunggu kamu dua puluh menit. Apa aku salah?" Tanya Kris sesekali melirik ke samping, karena fokusnya terbagi dengan jalan di depan.

"Iya, iya. Aku yang salah, aku yang terlambat bangun, jadinya nggak bisa ngopi, dan buat kamu menunggu dua puluh menit." Meski kesal, sebenarnya Gita membenarkan dalam hati ucapan Kris. Cukup dalam hati aja, jangan diucapkan, bisa besar kepala si Kris Empu Tantular.

"Aku juga nggak menyalahkan kamu. Aku hanya ingin kamu lebih mengghargai waktu. Karena waktu nggak bisa kembali, Git." Kini Kris bisa menatap Gita sepenuhnya ketika berhenti di lampu merah. Gita mengangguk dan menerima semua ucapan pacarnya. Kris tersenyum kecil, meraih belakang kepala Gita untuk sekedar mengecup pipi wanitanya. Gita memejamkan matanya erat, sambil tertawa karena bakal janggut dan kumis Kris yang bertumbuh terasa geli di kulit mulusnya.

"Ih, janggut kamu bikin geli." Gita tertawa sambil tangannya mencoba menjauhkan kepala Kris yang masih mengecup pipinya berulang kali.

"Aku lupa cukuran tadi." Kris memeriksa sekitaran dagu dan bagian atas bibirnya pada cermin yang mulai ditumbuhi rambut kasar.

Hello, Ex!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang