PART 42 🌹~Manis~🌹

1.5K 306 193
                                    

"Aku tau setiap orang berharap memiliki kebahagiaan, tapi merebut kebahagiaan milik orang lain demi kebahagiaan diri sendiri terdengar begitu egois

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tau setiap orang berharap memiliki kebahagiaan, tapi merebut kebahagiaan milik orang lain demi kebahagiaan diri sendiri terdengar begitu egois."

...

-HAPPY READING-

🌹🌹🌹
•••

Suara pantulan bola terdengar dari lapangan outdoor yang berada tak jauh dari komplek perumahan tempat tinggal Ayi.

Bola orange itu berkali-kali ia pantulkan, lalu dilempar ke ring untuk mencetak poin. Bermain basket memang selalu menjadi rutinitasnya di sore hari, dan untuk beberapa minggu ke depan adalah libur akhir tahun. Jadi ia akan memiliki banyak waktu untuk mengasah kemampuan bermainnya. .

"Dia siapa? Daritadi liatin lo mulu?" tanya temannya, Ayi melihat kemana arah seseorang yang dimaksud.

"Gak tau." ucap Ayi, kalau dilihat lebih lama lagi, Ayi merasa pernah melihatnya. Kalau tidak salah, ia pernah melihatnya di sekolahnya Diva.

"Samperin gih, kayanya mau ketemu sama lo."

"Buat apa? Gue gak kenal." ujar Ayi, ia terlalu malas jika harus berurusan dengan orang yang tidak dikenalnya.

"Samperin, kasian. Daritadi diem disana." Ayi akhirnya menurut.

Saat sudah sampai di hadapannya, ia pun bertanya. "Lo mau ketemu siapa?" tanya Ayi.

"Kak Ayi."

"Gue?"

"Iyaa. Kakak punya waktu gak? Aku mau minta tolong."

"Gue gak kenal sama lo."

"Oh iya... Kenalin kak, aku Elina."

Alis Ayi terangkat sebelah, ia kurang suka dengan tingkah blak-blakkan yang Elina tunjukkan padanya.

"Sekarang udah kenal, jadi kakak mau bantu aku, kan?" tanya Elina, ia total mengabaikan raut Ayi yang sedikit merasa risih dengan kehadirannya.

"Bantuin apa?" tanya Ayi ragu.

"Bantuin pisahin kak Diva sama kak Dhevan." ucap Elina enteng, Ayi tidak menyangka dengan permintaan bantuan yang Elina maksud.

"Buat apa? Gak ada manfaatnya buat gue." balas Ayi, ia buru-buru mengambil tasnya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, saat hendak pergi meninggalkan Elina, cewek itu kembali berbicara.

"Aku tau kak Ayi suka sama kak Diva." ujar Elina, tangan Ayi meremat tas yang ditentengnya, ia akui kalau dirinya memang menyukai Diva.

Ayi berbalik lalu kembali menghadap Elina, "Lo gak usah ikut campur soal perasaan gue." desis Ayi sinis, tapi hal tersebut tidak membuat Elina mundur.

"Kak Ayi gak usah sok baik, kakak ngalah gitu aja sama kak Dhevan yang notabenya bukan siapa-siapanya kak Diva."

Perkataan Elina ada benarnya, ia yang lebih dulu mengenal Diva, ia yang lebih dulu dekat dengan Diva, dan ia yang selalu ada di samping Diva sebelum Dhevan hadir. Tapi kenapa yang harus mendapatkan Diva itu harus Dhevan dan bukan dirinya?

Dhevan's Personality Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang