PART 22 🌹~Lupa~🌹

4.5K 441 362
                                    

"Kalau sayang ya perjuangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau sayang ya perjuangkan. Tak peduli sesulit apa hal yang harus dilewati."

.

.

.

Kok bisa ya tiba tiba ilfeel sama doi

Heu :/

.

Ayo komen ayoo...
Ayo vote ayoo...
Ayo baca ayoo...

🌹🌹🌹
•••

Dhevan melanjutkan ceritanya sambil berjalan di pinggir danau, cuaca mendung membuat sore ini terasa teduh dan hembusan angin membuat hawa dingin menyapu kulit.

"Arsen?"

"Gue yakin lo pasti udah ketemu beberapa kali sama dia, kan?" tebak Dhevan, Diva mengangguk ragu.

Dari awal ia merasa terdapat perbedaan yang kontras antara Dhevan dan Arsen. Dhevan itu berisik, sedangkan Arsen terlampau cuek dan tak peduli.

"Gue gak pernah ingat apa yang Arsen lakukan." ucap Dhevan, memang benar ia tak pernah mengingat hal yang Arsen lakukan.

"Oh, pantas saja semalam Arsen bilang Dhevan gak akan ingat." gumam Diva pelan, ia menebak kalau Dhevan tak ingat kalau Diva bercerita begitu panjang.

"Oh iya, semalam Arsen bilang apa? Arsen ngelakuin apa?" tanya Dhevan penasaran.

"A-ah, enggak. Arsen gak bilang apa-apa." ucap Diva berbohong. Ia malu untuk mengingat kembali kejadian itu.

Dhevan ber-oh ria, percaya begitu saja pada ucapan Diva. "Arsen memang dingin, gak banyak bicara, dan sedikit temperamen. Gue cuma takut, dia ngelakuin sesuatu sama lo."

"Dulu, gue pernah di drop out dari sekolah. Dan gue gak tau alasannya apa." ucap Dhevan.

"Padahal gue baru beberapa hari masuk sekolah. Ternyata karena gue ngehajar kakel sampe dia masuk rumah sakit." Dhevan meringis merasa bersalah saat mengingat kejadian itu.

"Jadi? Arsen yang ngelakuin itu?" tanya Diva.

"Iya, gue gak mungkin mukul orang sampe babak belur. Gue gak tau hal apa yang membuat Arsen semarah itu." Dhevan mengela nafasnya.

Dhevan selalu takut jika Arsen muncul bersamaan dengan amarah yang tak terkontrol, hal itu bisa menyebabkan masalah bagi dirinya.

"Entah kenapa gue ngerasa, akhir-akhir ini Arsen selalu muncul--"

"--Apa mungkin dia tertarik sama lo?"

Diva berhenti berjalan, lalu menoleh ke arah Dhevan yang ikut berhenti, alisnya saling bertaut. "Hah? Apaansih?!"

Dhevan's Personality Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang