"Ganteng sih, tapi songongnya minta ampun"
-Diva🌹🌹🌹
•••Akhirnya waktu yang dinanti nantikan pun tiba. Matpel yang pa Hendri ajarkan telah selesai, seluruh siswa bisa bernafas setelah dicekoki matematika yang menyesakkan dada dan membakar otak.
Disaat yang lain tergesa gesa menuju kantin, Dhevan lebih memilih untuk diam di kelas sambil baca buku dan mendengarkan musik. Tapi rencananya tidak berjalan lancar karena kedua makhluk sksd itu datang menghampiri Dhevan.
"Heh Dhev, kantin kuy" ajak Sandy, yakali Aldra... Aldra kan masih sedikit -padahal banyak- sebal sama Dhevan.
"Dihh... Lu sok baik banget sama gue" cibir Dhevan, membuat Aldra dan Sandy menggeram sebal. Udah untung yaa ada yang mau nemenin makhluk songong model Dhevan.
"Anjing ah... Kasar salah lembut salah, pokoknya ikut ayok!! Gak nurut, gue gibeng lo!" lagi lagi Aldra menyeret Dhevan secara paksa, meski ia sebal pada Dhevan tapi ia sudah memegang amanah dari papanya untuk menjaga Dhevan.
"Adadadahh... Lepasin anjir! Kasar banget jadi cowok" Dhevan mencoba melepas cengkraman Aldra yang kuatnya gak main main. Entah saking kesalnya atau saking muaknya sampai cengkeraman Aldra bisa sekuat ini.
"Lu juga cowok, jadi jangan kek anak perawan yang diculik om om yaa... Meronta rontaa minta dilepasin" cibir Aldra masih mempertahankan cengkeramannya dan langkahnya semakin cepat dan hal itu membuat Dhevan terseret.
"Tapi muka lo kaya om om sih, adadadahhh..."
"Seret Dra..." Sandy yang berjalan tepat di belakang Aldra dan Dhevan terus terusan mengompori, ibaratnya gini nih... Dhevan itu air, Aldra itu minyak, dan Sandy itu api. Nahh kalau air sama minyak digabung pasti gak akan pernah nyatu, dan kalau ditambah api si minyak pasti akan terbakar. Begitu... Dan akhirnya duarrr!! Meledak!!
Serahhh ahhh :))
Aing kagak ngerti"Tapi jangan nyubit tangan gue dong bangsat, sakit sialan!" ucap Dhevan diselingi bumbu-bumbu umpatan kasar yang keluar dari mulutnya.
"Baru dicubit dikit, lama lama gue tonjok juga" balas Aldra yang masih betah menyeret Dhevan tanpa belas kasihan
"Teruss Draa..." kalian pasti tau siapa yang mengompori Aldra.
Mereka bertiga terus adu mulut di sepanjang jalan menuju kantin, tapi tiba tiba terhenti saat satu kejadian sial menimpa Dhevan.
Bruk!!
Bola basket tepat mengenai kepalanya, cengkraman Aldra lepas saat Dhevan limbung dan duduk di lantai sambil memegang kepalanya.
"Adadah... Sshh"
"A-aduhh maap maap, gue gak sengaja" ucap cewek yang datang menghampiri ketiga cowok itu.
"Woy Div, kalau kesel sih kesel aja. Tapi bola yang lo lempar jangan sampe seberingas itu laahh" ucap Sandy sambil membantu Dhevan untuk berdiri, Dhevan masih meringis kesakitan karena kepalanya terasa berdenyut.
Aldra masih diam, memperhatikan Dhevan yang memegang kepalanya. Tapi, tiba tiba ia teringat omongan papanya Dhevan alias Kevin.
'Tolong jagain Dhevan ya, dia sedikit menyebalkan, bandel, dan keras kepala. Kamu jangan heran kalau Dhevan tiba tiba menjadi dingin, pemarah, manja, dan kekanakan. Dan satu lagi, om harap... Jangan ada sesuatu hal yang mengenai kepalanya, karena sedikit sensitive...'
Aldra tersentak saat menyadari omongan Kevin, ia buru buru mengecek kepala Dhevan walau secara paksaan.
"Kagak papa kann?! Sensitive... Lu jangan mati Dhev!!" teriak Aldra sambil membolak balikan tubuh Dhevan, Sandy dan Diva yang melihat tingkah aneh Aldra hanya cengo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhevan's Personality
Teen FictionDhevan, pemuda yang tumbuh bersama seseorang yang tidak sengaja ia ciptakan sebagai tameng pelindungnya. Alter yang muncul karena tekanan emosianal yang tinggi akibat kecelakaan yang menimpanya. Sosok dingin, kuat, serta dewasa berhasil membuatnya...