"Entah ini hanya mimpi atau sebuah delusi, rasanya tetap sama... Menyakitkan."
Akhir-akhir ini aku suka gak
semangat :(-HAPPY READING!-
🍒🍒🍒
•••Seorang lelaki dewasa menghampiri Diva yang duduk bersandar pada dinding sendirian di lorong rumah sakit yang lumayan sepi.
Fandi menghentikan langkahnya saat sudah sampai di hadapan Diva, iapun lalu berjongkok bermaksud untuk menyamakan tingginya dengan Diva yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya.
Telapak tangan besarnya mengusap lembut surai halus putrinya tersebut.
"Ini cuma mimpikan?" gumam Diva, Fandi tidak bisa membalas apa-apa. Sekeras apapun berharap jika kejadian ini adalah mimpi, tetap saja kenyataan akan menampar jikalau tragedi ini benar-benar nyata.
"Kenapa ucapan om Baron bener?" Diva kembali bergumam, Fandi tebak jika suami mantan istrinya berhasil memperdayai Diva.
"Dia bilang apa?" tanya Fandi.
"..." tidak ada jawaban, mata Diva malah kembali memanas. Rasanya air matanya tidak kunjung kering.
"Dia bilang kalau Diva bakal kehilangan Dhevan sekaligus kehilangan mama..." ucap Diva sendu, mungkin dulu ia terlalu egois dengan mempertahankan keduanya. Dan sekarang lihat hasilnya, ucapan Baron ada benarnya. Diva kehilangan dua orang yang berpengaruh pada hidupnya.
"Diva udah ngelepasin Dhevan, tapi kenapa tetap kehilangan dua-duanya?"
"Dhevan pergi karena Diva, mama juga pergi karena kesalahan Diva..."
"Sejak awal emang Diva yang salah, seharusnya dulu Diva gak usah ngotot buat cari mama. Kalau Diva gak ke Bandung, pasti Diva gak bakal ketemu Dhevan... Semuanya gak bakal terjadi kaya gini."
"Ayo bilang kalau ini cuma mimpi! Diva gak mau kaya gini!" suara Diva terdengar begitu parau, dadanya sesak karena terus-terusan menangis.
"Hei, ini bukan salah Diva." ucap Fandi sambil menarik Diva ke dalam pelukannya, membiarkan putrinya melampiaskan kesedihan kepadanya. Ia tidak tahan mendengar Diva yang malah menyalahkan diri sendiri, tidak ada yang salah dalam tragedi ini. Karena tidak ada yang akan tahu bagaimana takdir kita akan terbentuk, semuanya mengalir begitu saja.
"Diva gak salah..." hanya itu yang bisa Fandi rapalkan agar Diva tenang.
Di sisi lain, Aldra masih berada di rumah sakit. Matanya menyorot dua orang yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Ia akui kalau dirinya pernah kesal pada Diva yang memutuskan Dhevan begitu saja, tepat sebelum Aldra mengetahui apa alasan Diva memutuskan temannya itu.
"Dhev, lo bakal pulangkan? Lo harus tau yang sebenarnya..." gumam Aldra.
Aldra sempat bertanya kepada Kayla, namun pacarnya itu enggan menjawab kemana dan sampai kapan Dhevan pergi.
🌹🌹🌹
•••Langkah Diva terhenti saat melihat dua orang yang sedang berdiri di depan ruang jenazah, siapa lagi jika bukan Baron dan Elina. Ada juga beberapa orang dari pihak kepolisian bersama mereka.
Jujur Diva muak dengan laki-laki itu, suami baru mamanya tengah berakting ria di depan semua orang.
"Tidak, Audrey tidak mungkin sudah meninggal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhevan's Personality
Teen FictionDhevan, pemuda yang tumbuh bersama seseorang yang tidak sengaja ia ciptakan sebagai tameng pelindungnya. Alter yang muncul karena tekanan emosianal yang tinggi akibat kecelakaan yang menimpanya. Sosok dingin, kuat, serta dewasa berhasil membuatnya...