Part 16

4 2 0
                                    

Situasi semakin canggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Situasi semakin canggung. Kedua orang tua Veyara bahkan sama sekali tidak bergerak atau berusahan mengenhentikan tidakan Alder. Mereka malah dengan santai mengamati ketiganya tanpa wajah belas kasih. Bukankah perjodohan ini juga sebuah kesepakatan antar keluarga. Namun, kenapa kedua orang tua Veyara malah hanya diam. Bahkan Zafran serta keluarganya heran. Terlebih orang tua Zafran yang tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Alder dengan tidak tahu malu tiba-tiba menarik Veyara dengan keras. "Alder, lepas!"

Zafran yang tahu semua akal busuk Alder segera menghentikan laki-laki itu. "Berhenti, Brengsek!" teriaknya.

Alder pun berbalik dengan wajah tersenyum remeh. "Maaf, gue gak ada urusan sama lo." Alder pun kembali berbalik sambil terus mencekal lengan Veyara.

Zafran yang naik pitam langsung mencengkeram kerah baju laki-laki itu lalu melayangkan kepalan tangannya dengan keras.

Bugh

"Lo gak berhak apapun sama dia, Brengsek!" Zafran kembali melayangkan kepalan tangannya dengan sangat kuat hingga rahang laki-laki itu mengeluarkan darah.

"Hanya gue yang berhak atas dia!" lanjut Zafran. Tak habis pikir bahwa hari ini mulutnya akan berkata kalimat itu. Bahkan dirinya sama sekali tidak sadar dengan apa yang baru saja ia katakan.

Veyara pun tertegun begitu kalimat itu terdengar jelas di telinganya. Bahkan ia pun sempat berpikir bahwa sebentar lagi dirinya akan terbangun dari tidurnya. Namun, ternyata salah. Semuanya benar-benar terjadi tak terduga.

"Apa? Gak berhak? Dan lo? Cih!" Alder menatap kedua orang tua Veyara.

"Sebaiknya kamu segera kembali sebelum semuanya terjadi kesalahpahaman, Nak Alder," ujar wanita yang mereka yakini adalah Ibu Veyara.

Alder menaikkan satu alisnya, ia melirik sekilas wajah ayah Veyara. Ia terkekeh menikmati apa yang terjadi saat ini. Laki-laki itu menatap Zafran dengan senyum remeh. "Lo tahu, lo gak akan dapat apa yang lo inginkan," ujarnya dengan santai.

"Pergi sebelum lo gak bisa angkat kaki," ucap Zafran penuh emosi. Laki-laki itu seperti hilang akal menghadapi Alder. Rasanya apa yang Alder katakan sangamembuatnya semakin benci dengan laki-laki itu.

"Of course, Dude. Tapi gue gak akan biarin keinginan lo itu tercapai, gue juga gak akan bakal lepasin dia semudah itu, sesuatu yang pernah dalam genggaman gue gak akan terlepas begitu saja," ujar Alder lalu tersenyum lebar sambil menatap Zafran.

"Pergi," ujar Zafran. Ia sudah mencoba setenang mungkin agar tidak membuat kegaduhan walau sudah terjadi. Namun, wajah Alder tak henti-hentinya semakin membuatnya naik pitam. Mata brengsek laki-laki itu membuatnya semakin muak tiap kali Alder tersenyum.

"It's okeu, Dude!" ujarnya sambil terkekeh. Lagi.

Setelah Alder benar-benar pergi. Semua orang yang berada di satu ruangan itu sama-sama terdiam sambil memandangi satu sama lain. Namun, keadaan itu tidak berlangsung lama begitu ibu dari Zafran membuka suara. "Maaf, karena Zafran membuat kegaduhan," ujar wanita itu sambil menunduk.

"Bukan apa-apa, mari duduk. Tidak baik menunda-nunda acara penting." Wanita yang berdiri di samping Veyara itu tersenyum.

Mereka pun duduk walau situasi terasa canggung. Namun, bagi dua pria dengan setelan jas itu lebih mementingkan urusan uang dan menutupinya dengan senyum paksaan agar semuanya berjalan dengan lancar.

"Sepertinya ini akan semakin mudah karena ku rasa keduanya sudah saling kenal," ujar pria yang berdiri di samping Veyara, lebih tepatnya adalah Ayah Veyara. Kini saatnya drama keharmonisan keluarga segera dimulai. Mungkin jika bisa dilihat, makhluk halus yang berada di sana sedang menyiapkan popcorn untuk melihat bioskop gratis dengan kisah nyata keluarga palsu.

"Bukankah mereka berdua satu sekolah?" Ibu Zafran tersenyum lalu melihat ke samping dimana putranya duduk.

Sementara Zafran, laki-laki itu bahkan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia mengira bahwa mungkin orang tuanga sudah gila. Ralat, gila harta hingga rela menjual anaknya sendiri di balik kata perjodohan hanya untuk beberapa persen saham.

Zafran melirik sekilas Veyara. Gadis itu terdiam dengan pandangan kosong sambil menunduk. Ia yakin apa yang gadis itu pikirkan adalah bagaimana jika satu sekolah tahu dengan hubungan ini. Zafran menebak apa yang Veyara pikirkan, karena ia yakin gadis itu masih ingin bersekolah dengan tenang. Terlebih, Vanesa yang terlihat begitu terobsesi untuk mengganggu Veyara.

Perbincangan mereka pun selesai dengan inti bahwa keduanya akan dijodohkan. Pembicaraan mereka bahkan tidak jauh dari uang perusahaan beserta perintilannya.

Mereka pun pamit pulang. Dari awal perbincangan mereka hingga berakhir Veyara hanya diam dan mengangguk untuk menjawab pertanyaan. Pikiran gadis itu kemana-mana. Dari perkataan Alder dan juga ucapan ayahnya yang begitu menyayat hati.

"Kamu berhak atas Veyara." Itu kalimat yang dikatakan oleh ayahnya dengan senyum merekah tanpa perasaan berat sekalipun. Biasanya seorang ayah adalah orang pertama yang akan sangat menjaga putrinya dari apapun itu. Menjadi orang pertama yang tidak akan rela putrinya tersakiti. Namun, semua itu tidak terjadi di kehidupannya. Kisah antara ayah dan anak yang kerap ia baca hanya akan pernah menjadi sesuatu yang pernah ia baca. Bukan yang pernah ia rasakan.

Untuk kedua kalinya ia kembali mendengar kata-kata menyakitkan itu setelah satu tahun yang lalu. Dan ini juga perjodohan kedua setelah lama berakhir dengan Alder. Sebenarnya keduanya belum benar berakhir. Hanya saja hubungan pekerjaan antar orang tua Alder dan orang tuanya seperti sudah berakhir. Namun, dari kedua pihak belum sama sekali mengucapkan kalimat pasti.

Namun, itu semua menjadi kebahagiaan untuk Veyara karena terlepas dari semua itu dirinya menjadi bebas. Bahkan perjodohan adalah salah satu traumanya. Bagaimana seharusnya ayah yang akan menjadi cinta pertamanya justru ayah baginya adalah menjadi sakit hati pertamanya.

Veyara langsung berlari menuju kamarnya. Melepas gaun merah itu lalu melemparnya ke sembarang arah. Ia muak dengan semuanya. Harapan untuk hidup dengan tenang hanya akan menjadi angan.

Brak

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan keras hingga membentur dinding. Kedua orang tuanya berdiri tepat di ambang pintu kamarnya dengan wajah datar.

"Jika kamu membuat masalah dan mengacaukan semuanya, jangan harap kamu bisa kembali ke rumah ini!" ujar ayahnya. "Bahkan jika kamu ingin pergi aku tetap akan bisa menemukanmu, lalu mengurungmu di ruang bawah tanah tanpa makan," lanjutnya.

Sementara Ibunya, wanita itu hanya berdiri di belakang suaminya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk melindungi putrinya.

Veyara mendongak, ia seperti diperbudak oleh mereka lalu menghasilkan uang untuk mereka. Lalu berakhir mengenaskan tanpa ada yang perduli dengannya.

Setelah itu mereka berdua pergi. Perlahan air matanya jatuh. Dirinya bahkan tidak kuat lagi untuk berpikir bagaimana ia bisa keluar lalu pergi dan hidup sendiri dengan tenang.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Gadis itu meraih ponselnya. Satu pesan masuk ke ponselnya. Ia tertegun begitu membaca pesan itu.

Zafran
-...

Veyara Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang