Jam sudah berakhir. Veyara bernapas lega. Pelajaran matematika yang berada di jam terakhir membuatnya merasa hari ini adalah hari yang paling melelahkan. Terlepas dari semua itu, harinya memang akan selalu melelahkan.
"Vey, abis ini lo mau ngapain?" tanya Safira.
"Gue... gak tahu, sih," jawabnya.
"Jalan, yuk!" ajak Safira dengan antusias.
Veyara terdiam. Gadis itu terlihat berpikir. Hari ini semua pekerjaannya sedang libur dan dirinya juga tidak ada jadwal sama sekali. Mungkin, menyetujui ajakan Safira tidak ada salahnya juga.
Akhirnya Veyara mengangguk antusias sambil tersenyum lebar.
Mereka berdua pun keluar dari ruang kelas. Namun, ada hal yang mengganjal dari penglihatannya. Langit sedang mendung. Dan sepertinya rencana mereka berdua akan batal. Lagi.
"Vey, mau hujan, gimana dong?" Safira merengut kesal. Perlahan rintik air hujan mulai berjatuhan.
"Yaudah lain kali aja," jawabnya.
"Oke deh, tapi gue udah dijemput duluan, gue duluan, ya? Lo gakpapa, kan?"
"Santai aja kali, udah buruan sana!"
Mereka pun berpisah. Sekarang Veyara tengah berdiri sambil sibuk memandangi rintik hujan yang semakin deras. Hawa tanah kering bercampur air hujan adalah hal yang ia sukai. Selain aromanya yang khas, hal itu juga membuatnya begitu nyaman.
Ia menengadahkan tangannya demi merasakan tetes demi tetes air hujan. Hingga sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman.
Hingga suara seseorang memecah lamunannya.
"Vey!"
Veyara berbalik begitu menyadari suara itu. Gadis itu tertegun begitu melihat Zafran tengah berdiri di belakangnya dengan membawa sebuah payung.
Veyara mengernyit heran. "Mau ngapain lo? Pergi sana!" usirnya. Teringat kejadian beberapa saat yang lalu sebelum bel masuk mengakhiri jam istirahat berbunyi. Yang dimana Zafran mengucapkan hal tak terduga, keluar dengan sangat lancar dari mulutnya.
"Balikin gak?" protesnya sambil terus melompat-lompat demi meraih ponselnya. Parahnya Zafran berjinjit dengan menaikkan tangannya agar Veyara tidak bisa meraih ponselnya.
"Siapa lo? Dimana Veyara?" tanya Alder begitu mendengar suara gaduh dari mereka berdua. "Vey, balikin gak? Siapa, sih lo?"
"Lo tanya siapa gue?"
"Zafran! Balikin ponsel gue!"
"Gue..." Zafran menggantung kalimatnya lalu menata sekilas wajah Veyara sebelum menjawab pertanyaan.
"Gue pacar barunya."
Veyara tertegun. Gadis itu mematung di tempat setelah mendengar kalimat yang Zafran ucapkan melalui bibir laki-laki itu.
Hingga tanpa aba-aba tangannya bergerak melayangkan telapak tangannya hingga mendarat di pipi Zafran.
"Zafran, kok lo ngada-ngada, sih!" Veyara menatapnya kecewa.
"Sialan, lo!" Veyara berucap dengan raut wajah penuh amarah sambil merampas ponselnya dari tangan laki-laki itu. Gadis itu berdiri dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Zafran yang masih mematung akibat tamparan kerasnya.
***
"Gue datang mau bantuin lo, rese banget jadi cewek," ujarnya. "Nih!" Zafran memberikan payung yang ia bawa pada Veyara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Veyara Secret [END]
Teen Fiction❝Luka ini kembali basah hanya karena ku tahu kita saling mencintai❞ Luka yang selama ini ia lupakan kembali basah hanya karena satu laki-laki yang datang menyatakan cintanya. Zafran tidak menyangka akan bertemu dengan wajah perempuan itu...