Mungkin takdir tidak selalu adil. Tapi takdir juga tidak sebercanda itu. Lika-liku kehidupan akan selalu ada agar semua manusia paham apa itu bersyukur. Kadang susah kadang senang. Jika tak kuat lagi menyerah adalah jalan utama, pasrah.
Veyara menatap langit malam yang dihiasi banyak bintang. Ia tersenyum.
"Bintang yang tidak bercahaya pasti akan bercahaya juga, iya 'kan, Fran?"
Laki-laki itu menoleh lalu tertawa.
"Tapi harus ada satu bintang yang menyinarinya dulu." Laki-laki itu duduk di samping Veyara.
Makan malam di atas atap sekolah bukan lah rencana yang buruk.
"Kalo gue bilang cinta sama lo, apa lo akan percaya?" Pertanyaan itu terus terdengar di telinganya selama ia tidak menjawabnya dengan jelas. Veyara menggeleng heran.
"Kalo gue bilang cinta sama lo, apa lo akan percaya?" Dan mereka hanya akan saling bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Percaya!" Lalu kemudian mereka menjawabnya bersamaan.
"Kalimatnya diubah ya?" Veyara melayangkan protes tidak jelas.
"Iya, kenapa?" Zafran menatap gadis itu sambil tersenyum.
"Gak suka!" Ia merajuk kesal. Bukan pertanyaan itu yang ia ingin dengarkan.
"Sama aja!" Bukannya mengakhiri perdebatan, Zafran justru semakin membuat Veyara kesal.
"Beda, dulu bukan cinta!"
"Ya karena kalo udah sayang sudah dipastikan cinta!"
"Gak tuh, gue gak cinta!" Veyara membuang muka.
"Ya terserah, gue gak butuh pendapat lo!" Zafran menjulurkan lidah, mengejek Veyara.
"Dih!"
Mereka berdua terdiam sejenak. Setelah hari kelulusan mereka sengaja tidak pulang. Ingin menghabiskan waktu di rooftop sekolah. Sebagai hari terakhir mereka sebelum meninggalkan gedung besar itu.
Rencana Zafran juga tidak lah buruk. Membawa dua mangkuk tteokpokki, jagung rebus hangat, dan laptop milik Veyara adalah ide cemerlang dari Veyara. Zafran pun harus rela diabaikan karena Veyara sibuk tenggelam dalam pesona oppa Korea dalam drakor yang gadis itu tonton.
Menginginkan kisah cinta seperti drakor tapi pacarnya sendiri di abaikan sambil menonton drakor. Drama macam apa ini?
Veyara menjeda acara korea itu sejenak.
"Dulu gue pernah sangat benci sekaligus sangat cinta sama lo, tapi lo gak sadar dan gue pun gak peka, apa lo percaya?" Veyara menoleh menatap Zafran.
Laki-laki itu terlihat berpikir sejenak. "Enggak, sama sekali! Lo kan judes!" jawabnya. Mengundang amarah Veyara. Gadis itu mencubit keras lengan Zafran.
Dengan kesal Veyara kembali menyetel acara korea itu. Berniat mengabaikan Zafran. Ia marah!
Zafran hanya tersenyum melihat Veyara yang kesal. Tunggu saja, berapa lama gadis itu akan mengabaikannya.
"Lo juga pernah begitu melukai gue karena pernyataan gila yang lo ucapin."
Jika ditanya apakah Veyara membenci kedua orang tuanya dan saudaranya, Veyara akan menjawab, hampir sepenuhnya jika Zafran tidak datang dan ia tidak jatuh cinta dengan laki-laki itu.
Cinta memang benar-benar tumbuh dengan cepat. Tak perlu dibesarkan dengan tenaga. Cukup rasa nyaman maka ia akan bertahan.
Sekarang kisah keduanya bukan lagi cinta sepihak atau takut jatuh cinta. Tapi mereka berdua saling mencintai. Zafran juga bukan laki-laki yang begitu amat kejam dan Veyara juga bukan gadis yang begitu tersakiti.
Kebahagiaan kadang datang terlambat walau luka lama belum sembuh.
TAMAT.
••●••
KAMU SEDANG MEMBACA
Veyara Secret [END]
Teen Fiction❝Luka ini kembali basah hanya karena ku tahu kita saling mencintai❞ Luka yang selama ini ia lupakan kembali basah hanya karena satu laki-laki yang datang menyatakan cintanya. Zafran tidak menyangka akan bertemu dengan wajah perempuan itu...