Alvian semakin muak melihat Alder. Perilaku keras kepala dan kejam Alder begitu membuatnya muak dengan saudara kandungnya.
"Lo batu banget, ya? Terserah lo, sih, lo pasti pengen liat pertunjukan juga, kan?" Alder terkekeh.
"Brengsek, gue pergi dan jangan sakiti Veyara, bahkan jangan sentuh dia sekali pun!" Alvian menatap garang Alder.
"Okay!" jawab laki-laki sambil terkekeh.
Dengan berat hati Alvian pergi meninggalkan Alder. Walau mendengar jawaban Alder, dirinya masih tetap khawatir dengan Veyara. Berada di satu ruangan yang sama dengan Alder saja sudah salah. Perkataan laki-laki itu sama sekali tidak bisa dipercaya.
Ketika dirinya hendak menaiki mobilnya. Seseorang berteriak dari belakang yang langsung membuat atensinya teralihkan.
"Alvian!"
Alvian menoleh ke belakang mendapati Zafran tengah berlari menghampirinya. Laki-laki itu berhenti tepat di depannya dengan napas yang terengah-engah. Bahkan keringat membanjiri seluruh wajahnya.
Alvian menaikkan alisnya heran. "Ngapain lo?"
"Veyara! Dimana dia?"
Alvian terdiam sejenak sambil mengamati Zafran dengan wajah lelahnya. Laki-laki itu terlihat begitu kacau. "Ngapain lo tanya dia?"
Zafran menatap tajam Alvian. "Lo harusnya tinggal jawab pertanyaan gue," jawabnya.
"Gue gak bakal jawab." Alvian menatap Zafran datar.
Zafran tahu ini bukan saatnya untuk berkelahi. Namun, saat ini Alvian benar-benar memancing emosinya kuat.
Zafran hilang akal. Dirinya mungkin bisa dibilang hilang kontrol saat ini. Laki-laki itu tiba-tiba bergerak mencengkeram kerah seragam Alvian. Tangan kanannya dari belakang siap meninju keras rahang Alvian jika laki-laki itu tidak segera memberitahukannya.
"Beri tahu atau besok lo gak bakal bisa masuk sekolah?" ancamnya. Zafran tidak perduli, ia hanya butuh jawaban dari laki-laki itu. Setelahnya ia akan pergi. Mencari Veyara.
"Brengsek! Lepasin gue!" umpat Alvian. Laki-laki tetap kukuh dengan pendiriannya.
Bugh.
Bugh.
Bugh.
"Beri tahu gue atau gue gak akan segan-segan bunuh lo di sini?"
"Lo pikir gue perduli? Gak, Fran!" jawab Alvian sambil menyunggingkan senyumnya. Wajahnya bahkan sudah penuh dengan lebam. Namun, laki-laki itu masih dapat tersenyum seperti sekarang.
Zafran merasa muak. Laki-laki itu melempar tubuh Alvian kasar. Ia mengacak rambutnya frustrasi. Zafran mengedarkan pandangannya hingga menangkap sepasang sepatu sekolah tergeletak di depan teras rumah berwarna putih. Kemudian Zafran kembali menatap Alvian yang tergeletak di tanah dengan tubuh yang sudah tak bertenaga lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veyara Secret [END]
Teen Fiction❝Luka ini kembali basah hanya karena ku tahu kita saling mencintai❞ Luka yang selama ini ia lupakan kembali basah hanya karena satu laki-laki yang datang menyatakan cintanya. Zafran tidak menyangka akan bertemu dengan wajah perempuan itu...