Seperti biasa paginya di sambut dengan mentari pagi yang masuk di celah jendela kamarnya. Veyara mengucek matanya begitu terbangun dari tidur nyenyaknya. Walau selalu tidak benar-benar nyenyak, namun setidaknya masih bisa tertidur lalu bangun di pagi hari.
Gadis itu turun dari atas kasurnya. Merapikan tempat tidur, mengambil ikat rambut lalu mengikatnya asal.
Rutinitas pagi hari yang tidak jauh-jauh dari mandi, sarapan, lalu berangkat sekolah. Veyara selalu bersyukur atas semuanya. Setidaknya ia masih bangun di pagi hari. Walau di tengah malam, kadang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Makan malam dengan tenang lalu tidur dengan tenang juga. Itu hal yang biasa anak SMA rasakan setelah pulang menuntut ilmu. Kapan hal itu bisa ia rasakan?
Veyara menarik napas panjang sebelum keluar dari rumah terkutuk itu. Masih sama, rumah itu masih terkutuk atau mungkin akan selalu terkutuk baginya. Seperti neraka di balik istana indah.
Begitu ia sudah berdiri di depan rumah, ia menarik napasnya dalam lalu tersenyum lebar. Udara pagi memang selalu bisa menenangkannya kala ia sadar hari-harinya akan selalu melelahkan. Yang penting ia masih bisa merasakan udara pagi.
"Vey!"
Gadis itu menoleh ke sumber suara begitu menyadari seseorang memanggil namanya. Dari jauh terlihat sebuah mobil berwarna merah melaju ke arahnya lalu berhenti di depannya.
Tidak ada acara terdiam heran karena sudah di pastikan sosok di dalam mobil itu adalah Alvian.
Laki-laki itu turun dari mobil lalu tersenyum ke arahnya. Mengingat kejadian semalam, bagaimana bisa laki-laki itu seakan lupa dengan sekejap?
"Ayo sama gue!" Terdengar antusias. Sepertinya laki-laki itu benar-benar melupakan momen malam itu.
Veyara berdiri kikuk. Ia menatap laki-laki itu sekilas.
"Vey?"
Veyara masih terdiam. Sepertinya memang ia lebih baik berangkat lebih pagi agar tidak bertemu siapapun di tengah jalan. Sekalipun menawarkan tumpangan, ia menolak itu. Dirinya menjadi introver entah sejak kapan.
Karena tak sabar menunggu jawaban Veyara, laki-laki itu langsung menarik lengan gadis itu agar masuk ke dalam mobil.
"Veyara!"
Entah sejak kapan, Zafran kini sudah berdiri di belakang mereka sambil tangannya menahan lengan Veyara.
Kedua laki-laki itu kini saling menatap datar.
"Lepas!" Matanya menyorot ke telapak tangan yang masih melingkar erat di lengan Veyara.
Nyatanya berdiri di antara dua laki-laki asing tidak seindah apa yang ada di cerita dongeng yang kerap ia baca. Antara bingung harus melakukan apa dan bagaimana mengakhiri semuanya dengan adil. Bukan karena dirinya yang kegeeran, namun hal itu memang ia rasakan kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veyara Secret [END]
Teen Fiction❝Luka ini kembali basah hanya karena ku tahu kita saling mencintai❞ Luka yang selama ini ia lupakan kembali basah hanya karena satu laki-laki yang datang menyatakan cintanya. Zafran tidak menyangka akan bertemu dengan wajah perempuan itu...