Di dalam mobil yang hanya berisikan dua orang seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Zafran dan Veyara hanya diam. Veyara sesekali melirik laki-laki itu lalu kembali mengalihkan perhatiannya.
Zafran sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Kini keduanya sedang dalam perjalanan menuju rumah Veyara. Gadis itu perlu mengganti seragam.
Mereka pun sampai. Veyara turun dari mobil. Gadis itu menunduk sebentar untuk berbicara pada Zafran. "Lo bisa duluan." Veyara langsung pergi.
Lagi pula ia bisa berangkat sendiri tanpa Zafran. Berjalan kaki atau naik taxi sudah menjadi kebiasaannya. Hanya saja kadang situasi tidak bersahabat dengannya. Terkadang taxi tidak segera lewat atau juga jalan raya sangat padat.
Gadis itu menghela napas panjang dari balik pintu kamarnya. Ia melirik jam yang terus berjalan mempertipis waktu. Ia segera bersiap sebelum gerbang sekolah ditutup.
Veyara selesai. Ia bergegas keluar. Dilihatnya mobil hitam milik Zafran masih terparkir rapi di depannya. Jendela yang terbuka menampilkan Zafran yang tengah bermain ponsel.
Bukannya masuk, Veyata justru mengetuk pintu Zafran. "Ngapain lo masih di sini?" Pertanyaan gila yang ia dengan pagi ini.
"Ngapain masih di luar? Masuk!"
Veyara terbelalak kaget. Ia masih mencerna semuanya.
"Hei, ayo masuk!" Perintah laki-laki itu membuatnya kembali tersadar.
Veyara segera memutari mobil tersebut lalu masuk ke dalamnya. Ayolah, sebenarnya ia sangat tidak menginginkan satu tempat dengan Zafran. Mengingat perbincangan mereka kemarin malam. Itu membuatnya malu setengah mati.
Mendebatkan hal tidak berguna dan berujung mengambil jalan tengah. Membuang waktu!
Bahkan matanya terasa perih karena ia tidak bisa tidur. Veyara benar-benar tidak merasakan kantuk lalu tidur dengan nyenyak. Ia terjaga semalaman.
Selain itu ia juga memikirkan hal lain.
"Vey!" Veyara menoleh begitu laki-laki itu memanggilnya.
"Lo belum jawab pertanyaan gue kemarin." Zafran menagih pertanyaan yang belum Veyara jawab.
Seketika Veyara terdiam. Mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin.
"Makasih udah nolongin gue." Veyara berucap sambil mengobati luka Zafran.
Laki-laki itu justru tidak menjawab. Atensinya terfokus dengan mata tenang milik Veyara.
"Makasih." Kedua kalinya untuk ucapan terima kasih hari ini.
"Udah tanggung jawab gue." Tidak ada yang sadar. Namun, keduanya mendengar jelas. Bahkan Zafran pun tidak percaya akan mengatakannya dengan mudah. Ingin rasanya ia memukul kepalanya sendiri karena tak sempat berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veyara Secret [END]
Teen Fiction❝Luka ini kembali basah hanya karena ku tahu kita saling mencintai❞ Luka yang selama ini ia lupakan kembali basah hanya karena satu laki-laki yang datang menyatakan cintanya. Zafran tidak menyangka akan bertemu dengan wajah perempuan itu...