Malam telah berganti pagi. Lagi. Veyara merasa lelah dengan semuanya. Kehidupannya berubah dratis begitu bertemu dengan Zafran. Dan sampai saat ini ia tidak bisa menemukan titik bahagianya. Hidupnya yang berubah seakan tetap dengan tema yang sama. Lelah.
Veyara menghela napas panjang. Baru saja ia keluar dari rumah sebuah mobil hitam yang sudah tak asing lagi terparkir di depan rumahnya. Akhir-akhir ini laki-laki itu kerap menjemputnya di pagi buta. Setelah pernyataan gila yang laki-laki nyatakan, bukannya canggung atau menyerah dengan jawaban yang ia berikan, justru Zafran tak patah semangat.
Laki-laki itu selalu berusaha untuk bertemu dengannya. Dan jika sudah bertemu perdebatan hebat mampu membuatnya pusing tujuh malam. Kepalanya ingin meledak saat itu juga.
Namun, hal yang tidak bisa Veyara sangkal adalah setelah bertengkar hebat dengan Zafran lalu pergi begitu saja Veyara selalu merasa keterlaluan dengan laki-laki itu. Tidak, perasaan aneh itu kerap ia rasakan begitu ia dengan mudah meninggalkan Zafran. Ia merasa saat itu juga menjadi makhluk paling kejam di bumi ini.
Dan ada satu sisi dimana ia begitu nyaman ketika berada di dekat Zafran. Tidak ada yang percaya. Pertama kali ia menyadari hal itu ketika ia berada dalan pelukan Zafran saat hujan membasahi mereka. Walau pada saat itu rasa benci dengan Zafran semakin besar. Antara nyaman dan benci bercampur menjadi satu. Bahkan Veyara tidak bisa mendeskripsikan perasaannya.
Padahal yang sebenarnya adalah ia menjadi makhluk yang paling tersakiti, itu pemikirannya. Seperti kekanakan, bukan? Padahal di luar sana ada yang ingin menjadi sepertinya. Namun, ia akan tetap menyangkalnya. Memamg ada yang mau tinggal dengan rantai tidak terlihat?
Veyara menatap Zafran sebelum masuk ke dalam mobil. Hari ini ia menyerah berdebat. Tidak perduli apa yang pernah laki-laki itu katakan padanya. Ia tidak perduli karena ia terlalu lelah untuk memikirkan itu semua. Katakanlah labil, terserah! Otaknya tak bisa berpikir lancar lagi.
Mereka tidak menyadari, saat Veyara masuk sosok laki-laki dari belakang melihatnya. Lalu pada saat itu juga ia menyerahkan semuanya. Mundur secara perlahan sebelum sakit semakin dalam. Alvian akan menyerah saat ini.
Di mobil itu hanya hening yang menyelimuti keduanya.
Zafran melirik sekilas Veyara. Cukup lama hingga matanya terfokus dengan luka yang berada di leher Veyara dan pipi yang terlihat membiru. Itu bukan luka yang pernah ia lihat. Itu luka baru yang sepertinya baru diobati tadi pagi.
Zafran menghentikan mobilnya di tepi jalan. Membuat Veyaa mengernyit. Namun, gadis itu tak berniat protes. Menatap Zafran lama-lama saja ia sangat malas.
Veyara merasakan pergerakan tangan Zafran yang terasa di lehernya. Gadis itu diam. Tak berani bergerak karena terlihat dari sudut matanya posisi mereka sangat dekat. Bahkan jika ia lebih peka lagi, embusan napas laki-laki itu akan sangat terasa di lehernya. Sayangnya ia hanya samar-samar merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veyara Secret [END]
Teen Fiction❝Luka ini kembali basah hanya karena ku tahu kita saling mencintai❞ Luka yang selama ini ia lupakan kembali basah hanya karena satu laki-laki yang datang menyatakan cintanya. Zafran tidak menyangka akan bertemu dengan wajah perempuan itu...