Part 11

6 2 1
                                    

Cukup lama Alvian hanya berdiri di depan gerbang hanya untuk menunggu Veyara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup lama Alvian hanya berdiri di depan gerbang hanya untuk menunggu Veyara. Hingga tak lama kemudian gadis itu menampakkan batang hidungnya. Namun, beberapa saat Alvian mengernyit. Dari jauh terlihat gadis itu sangat pucat. Laki-laki itu punya firasat buruk. Alvian pun segera berlari menghampiri Veyara yang ingin limbung.

"Vey!" Alvian menggendong Veyara ke tempat parkir. Untung saja hari ini ia sedang membawa mobilnya hingga ia bisa membawa Veyara ke tempatnya untuk sementara.

Alvian sesekali melirik Veyara yang tengah berbaring di sampingnya. Sering kali mengecek suhu tubuh gadis itu. Suhu tubuhnya normal. Bahkan terasa sangat dingin. Ia menatapnya sendu. Bagaimana bisa ada banyak orang yang menyakitinya hingga seperti ini. Kejadian demi kejadian yang terjadi satu tahun yang lalu ia lihat di depan mata. Bagaimana gadis itu terisak tangis dengan darah yang terus mengalir masih terbayang di kepalanya.

Mereka pun sampai. Alvian segera menurunkan Veyara lalu membawanya masuk ke kamarnya. Namun, begitu ia membuka pintu seorang laki-laki berdiri dengan tatapan tajam yang menghunus padanya.

"Minggir!" ujarnya. Muak dengan semuanya, Alvian mendorong laki-laki itu dengan bahunya agar tidak menghalangi jalannya.

Namun, tidak semudah itu. Laki-laki itu menarik kembali bahunya. Lagi-lagi tatapan tajam dari laki-laki itu selalu membuatnya semakin membenci saudaranya sendiri.

"Serahin dia sama gue, lo gak punya hak apa-apa!"

"Hak? Emangnya lo siapa sampai punya hak sama dia? Lo cuma mantan tunangannya, Der!" jawab Alvian.

"Sialan! Lo bahkan baru kenal dia beberapa hari yang lalu!"

"Brengsek lo! Lo buang dia lalu dengan seenaknya lo mau ambil dia? Mau lo apa, sih?" Alvian menatap Alder jengah.

Laki-laki itu tidak menjawab. Namun, tangan yang menjelaskan semuanya betapa marahnya Alder. Laki-laki itu meninju kuat rahang Alvian hingga laki-laki itu terjatuh lalu membawa Veyara ke dalam kamarnya. Ia tahu ini egois, tapi apapun yang ia ingin harus berada di tangannya.

Sementara Alvian, laki-laki berusaha berdiri sekuat mungkin. Bahkan kaki yang baru sembuh kemarin belum juga bisa diajak kompromi untuk saat ini.

Alder segera menutup pintu lalu membaringkan Veyara di atas kasur. Ia menyeringai begitu melihat wajah Veyara yang begitu pucat. Ditatapnya Veyara lebih dekat. Masih sama persis seperti satu tahun yang lalu. Hanya saja untuk waktu yang lama itu dirinya sama sekali belum puas menyakiti Veyara.

"Alder!" Alvian mengedor-gedor pintu kamar itu.

Alder melirik sekilas pintu kamar yang sudah ia kunci lalu kembali menatap Veyara. Gadis malang itu selalu membuatnya tersenyum bahagia.

Ia pun bangkit lalu keluar dari kamar itu. Ia menatap tajam Alvian yang berusaha masuk walau ia sudah menahannya.

"Brengsek! Minggir lo!" Alvian terus mendorong Alder agar laki-laki itu menyingkir.

Veyara Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang