Part 20

4 2 0
                                    

Bel istirahat telah berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel istirahat telah berbunyi. Hari ini Veyara sudah merencanakan untuk mentraktir Alvian makanan sebagai tanda minta maafnya atas kejadian kemarin malam.

Ia pun memutuskan untuk langsung pergi ke kantin. Mungkin Alvian sudah berada di sana, pikirnya.

Begitu sampai ia segera bergegas memesan dua mangkuk bakso dan dua teh gelas, menu andalan semua murid. Ia mengedarkan pandangannya. Dan benar saja, Veyara melihat Alvian tengah duduk sendirian di salah satu meja kantin.

Jujur, ia sendiri ragu untuk melakukan ini pada laki-laki itu. Namun, ia merasa tak enak hati. Entah kenapa ia merasakan hal itu. Mau tak mau ia harus melakukannya. Veyara merasa jika dibiarkan akan semakin mengganjal. Tidak mungkin dirinya hidup terasa memiliki hutang.

"Alvian!" panggilnya. Gadis itu sedikit berlari menghampiri Alvian.

Dari jarak yang cukup jauh ia melihat laki-laki itu tersenyum hangat ke arahnya.

Bugh!

"Akh!" Seseorang dengan tidak tahu diri menabraknya hingga bakso yang berada di atas nampan itu tumpah.

"Ups, sorry, gue gak tahu." Seorang gadis tertawa kencang sambil menatapnya dari atas.

Veyara berdiri. Seragam sekolahnya basah karena kuah bakso dan teh gelas. Hari ini satu kesialan menimpanya. Vanesa tidak akan ada henti mengganggunya jika gadis itu belum puas.

"Sebenernya mau lo apa, sih, Van?" Menatap Vanesa garang. Dirinya muak dengan semua yang Vanesa lakukan. Bahkan ia tidak mengerti kenapa gadis itu selalu bermasalah dengannya.

"Gue? Entah, enak aja liat lo menderita!" jawab Vanesa dengan tatapan angkuh seakan seisi dunia adalah miliknya.

"Hidup lo gak guna banget, ya?" Veyara menatap Vanesa remeh.

Suasana kantin semakin ramai. Pertengkaran mereka berdua seakan menjadi sebuah pertunjukan. Tidak ada yang melerai keduanya, memasang kamera HP memang hal yang menyenangkan bagi siapa pun yang ada di sana.

Vanesa yang tidak terima langsung mencengkeram dagunya dengan keras. Tidak ada perlawanan selain tatapan tajam yang Veyara lempar. Berkelahi dengan gadis tidak berguna akan menjadi penyesalannya seumur hidup.

"Harusnya lo itu gak usah hidup!" teriaknya. Vanesa menatap remeh.

Semuanya diam dan hanya menyaksikan mereka berdua yang saling beradu. Namun, beberapa detik kemudian.

Byurr.

Dari belakang salah satu teman Vanesa menyiramnya dengan air teh dingin. Veyara seketika terdiam. Air dingin yang mengalir hingga membasahi permukaan kulitnya membuat dirinya dangkal untuk berpikir. Pikirannya bahkan seperti berhenti bekerja hanya karena air dingin itu.

Plakk.

Vanesa hampir tersungkur ke lantai  ketika tamparan keras itu mendarat ke pipinya sebelah kanan.

Veyara Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang