Disambar Petir

12.8K 766 20
                                    

Happy Reading! 😘

👶👶👶

Adam dan Freya sama-sama menelan ludah masing-masing dengan susah payah. Mereka pun mengekori Bintang yang sudah pergi terlebih dahulu ke ruang keluarga sedangkan Kejora masih berada di dalam kamar—entah lagi ngapain.

Freya menyikut pinggang Adam. "Om sih. Kalau ngomong suka nggak nyaring dulu. Asal ceplos aja. Jadi gini kan akibatnya. Mana ketahuannya cepat banget lagi."

"Yah, saya mana tahu kalau telinga papamu setajam lumba-lumba," balas Adam membela diri.

Freya hanya bisa mendengus lalu berjalan duluan menyusul papanya yang sudah duduk anteng di sofa. Tapi tentu saja wajah Bintang tidak terlihat anteng sama sekali. Sedikitpun tidak.

Bintang menarik nafas panjang lalu membuangnya dalam sekali sentak. Ia berusaha menenangkan dirinya supaya dia bisa berpikir dengan rasional. Ini bukan masalah yang bisa dianggap sepele oleh siapapun dan Bintang tentu harus bisa membuat keputusan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang satu ini.

Kepalanya tiba-tiba saja berdenyut hebat. Ia pun memijat pelipisnya dengan tempo yang teratur untuk meringankan sakit kepalanya.

Hari ini, ia benar-benar merasa seolah ia baru saja disambar petir—untuk kedua kalinya.

Freya yang melihat itu jadi merasa bersalah. "Maaf pa..." lirihnya dengan mata berkaca-kaca. Freya sangat menyayangi papanya itu dan membuat Bintang kecewa adalah hal terakhir yang ingin ia lakukan di dalam hidupnya.

Bintang menghela nafas sekali lagi. Ia menatap ke arah Freya dan Adam secara bergantian. "Kalian tunggu di sini." Ia pun pergi dari sana menuju kamarnya balik—menjemput Kejora. Untuk masalah seserius ini, tentu Bintang membutuhkan dampingan istrinya itu supaya dia bisa membuat keputusan yang paling tepat.

"Freya hamil, Key."

Kejora terdiam. Kedua tangannya yang tadinya sibuk melipat ulang pakaian-pakaian yang sudah kusut dan lewat jalur dari dalam lemari tadi pun spontan berhenti bergerak.

Cukup lama keduanya saling diam sampai kemudian Kejora menghela nafas panjang. "Kamu duluan aja ke sana. Aku siapin ini dulu."

Bintang hanya mengangguk patuh. Ia pun balik lagi ke ruang tengah dan kembali duduk di sofa yang ia tempati tadi.

Sedangkan Kejora masih di dalam kamar. Ia sedang berpikir mengenai bagaimana cara ia bereaksi nanti. Ia tahu betul kalau di saat seperti ini, putri satu-satunya itu pasti merasa sangat takut. Dan Kejora tentu tidak ingin anaknya itu merasa seperti itu. Ia tahu betul perasaan itu karena dulu, ia pernah berada di posisi Freya sekarang.

Iya, dulu, Kejora memang hamil duluan sebelum mereka berdua menikah. Bedanya, mereka melakukan itu bukan karena sama-sama suka tapi karena seseorang menjebak mereka.

Sudut matanya menangkap setumpuk pakaian yang masih berantakan. Bibirnya pun menyunggingkan sebuah senyuman puas saat otaknya mendapatkan ide cemerlang.

Waktunya berakting!

Ia pun mengambil langkah seribu sambil mulai memasang wajah galaknya. "Mama nggak ada masalah sama hal-hal lainnya selain baju-baju yang ada di dalam lemari jadi kusut dan berantakan semuanya!" omelnya seraya berkacak pinggang.

Bintang yang mendengar hal itu pun menatap tidak percaya ke arah istrinya itu. "Bisa-bisanya kamu malah lebih mentingin masalah baju daripada masalah bahwa putri kita sedang hamil sekarang?"

Kejora mengangguk membenarkan. Ia pun mendudukkan dirinya tepat di sebelah Bintang dan membawa baju-baju yang ia bawa tadi ke atas pangkuannya. "Terus mau gimana lagi? Kan Freya sudah terlanjur hamil. Emang mau kita apain lagi? Ditendang tuh bayi keluar? Atau ke pluto aja gitu, biar sekalian menghilang selamanya? Setega itu kamu sama cucu sendiri?"

FREYDAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang