Kesalahan Fatal

66.9K 2.2K 29
                                    

Happy Reading! 😘

👶👶👶

"APA?!!"

Suara bentakan bernada terkejut menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.

"Bagaimana bisa dia kabur?!"

Pria itu menghela nafas panjang seraya memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut sakit.

"Saya tidak mau tahu, kalian harus urus semuanya sampai beres. Besok saya akan datang ke sana dan semuanya harus berjalan lancar."

Setelah itu, pria itu langsung memutuskan sambungan telepon begitu saja.

Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. "Sial!"

👶👶👶

Suara pintu yang didobrak dengan sangat keras mengalihkan perhatian semua orang yang berada di ruang rawat itu ke arah si pendobrak pintu.

"Bagaimana?"

Dokter Dewi bangkit berdiri lalu membungkuk hormat. "Proses inseminasinya berjalan lancar pak tapi..."

Pria yang mendobrak pintu tadi mengangkat alisnya, menunggu lanjutan penjelasan Dokter Dewi.

Dokter Dewi sedikit menunduk. "...seperti yang anda ketahui, rahim yang menerima sperma anda bukan rahim wanita yang sudah anda bayar."

Pria itu memijat pelipisnya. "Jadi rahim siapa? Dan kenapa bukan wanita yang sudah saya bayar yang menerima sperma saya?"

Dokter Dewi menunduk minta maaf. Ia pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi (tentu saja sesuai dengan apa saja yang ia ketahui), dari awal sampai akhir tanpa ada yang ditutup-tutupi, dikurangi maupun di tambah.

Flashback...

Freya duduk di samping seorang wanita, menunggu dosennya yang sedang melakukan regular check-up selama masa kehamilannya. Hubungan Freya dengan dosennya memang sedekat dan seakrab itu karena mereka adalah sepasang kakak ipar dan adik ipar juga. Dosen Freya itu -Bu Amanda- menikah dengan abang sepupu Freya yang bernama Dimas Gentala.

"Mau check-up ya mbak?" tanya wanita yang duduk di sebelah Freya sambil tersenyum ramah.

Freya balas tersenyum tak kalah ramah. Dia menggeleng pelan. "Nggak kok mbak, bukan saya yang check-up tapi kakak ipar saya. Saya mah hanya bertugas mengantar dan nemenin aja."

Wanita itu mengangguk. "Oh. Kok nggak ikutan masuk?"

Freya terkekeh pelan. "Nggak ah, malas. Sebenarnya saya nggak terlalu suka bau rumah sakit."

Nggak suka bau rumah sakit, tapi keluarganya pemilik Gentala Group yang bergerak di bidang bisnis rumah sakit. Papa Bintang dan Mama Kejora bahkan sama-sama dokter spesialis senior di salah satu rumah sakit milik keluarga besar mereka.

Freya ini orangnya emang agak random dan tak terduga. Aneh bin ajaib!

Entah turunan dari siapa? Bintang kah? Atau Kejora?

Atau malah campuran keduanya? Hanya Tuhan yang tahu.

Wanita itu manggut-manggut, mengulurkan tangannya. "Oh ya kenalin, saya Freyha."

Freya tertawa lalu balas menjabat tangan Freyha. "Saya juga Freya."

Mereka pun sama-sama tertawa, menertawakan kebetulan menggelikan itu.

"Kalau mbak, kesini ngapain?" tanya Freya penasaran.

Freyha tersenyum simpul. "Melakukan inseminasi buatan mbak."

FREYDAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang