Bulan Madu

11.1K 573 14
                                    

Happy Reading! 😘

👶👶👶

Santi menyembulkan kepalanya di antara Freya dan Adam yang sedang berdiskusi. "Kalian mau pergi bulan madu?"

Freya mengangguk. "Iya ma. Emang kenapa? Mama mau ikut?"

Mendengar hal itu, Adam sontak memberi tatapan tajam ke arah Freya.

Santi tampak antusias. "Beneran? Emang boleh?"

"Bo-" Adam segera menutup mulut Freya sebelum terlambat. "Nggak boleh lah ma! Kami kan mau pergi bulan madu, bukan pergi jalan-jalan!" sewotnya, merasa tidak terima kalau mamanya ikut.

Santi tampak sedih. Bibirnya pun cemberut—mencebik sedih. "Yahhh..."

Sebagai menantu yang baik, Freya pun tidak membiarkan mama mertuanya itu merasa sedih seperti itu. "Boleh kok ma. Om Adam aja yang aneh," ucapnya seraya melemparkan tatapan peringatan pada Adam.

Adam hanya bisa membuang nafas kasar dalam sekali sentak seraya mengeluarkan beberapa kalimat berisi sumpah serapah di dalam hatinya untuk melampiaskan kekesalannya pada istrinya yang tidak peka itu.

"Kalau gitu, kita mau pergi bulan madu kemana?" tanya Santi, kembali merasa antusias.

Freya mengedikkan bahunya tanda ia juga tidak tahu. "Kami juga belum putusin mau ke mana, ma." Ia lalu menolehkan kepalanya ke arah Santi yang sedang membuka bungkusan masker wajahnya. "Mama ada ide?"

Santi tampak berpikir sebentar. "Gimana kalau kita ke kampung papa saja?"

Freya menolehkan kepalanya ke arah Adam. "Gimana Om?"

Bukannya menjawab, Adam malah balik bertanya. "Kalau kamu gimana?"

"Kalau aku sih oke-oke aja."

Adam kemudian mengangguk. "Oke deh, boleh. Kita bulan madu di kampung aja."

Saking semangatnya, masker yang baru saja memenuhi wajah Santi selama dua menit pun sampai hancur berkeping-keping dan bukan sekedar retak lagi. "Beneran boleh kan ini? Kalau iya, biar mama bisa mulai packing!"

Dengan berat hati, Adam pun menganggukkan kepalanya lagi. "Iya, boleh."

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Santi pun langsung lari terbirit-birit menuju kamarnya supaya bisa mulai packing. Ia bahkan melupakan fakta bahwa pinggangnya bakal berakhir encok kalau ia bergerak secepat itu. Mana dia geraknya tiba-tiba lagi! Tanpa aba-aba.

Heran. Seharusnya Freya yang kelihatan bersemangat dan bukannya Santi.

Lagian, kalau begini ceritanya, liburan kali ini tidak bisa disebut sebagai bulan madu juga kan?

Mana ada bulan madu bawa orangtua!

Kalau begini ceritanya, ambyar sudah bulan madu yang telah Adam rencanakan dengan matang sejak jauh-jauh hari.

Apalagi saat...

"ADUH! PINGGANGKU ENCOK! FREY, BANTUIN MAMA PACKING DONG! TERNYATA MAMA SUDAH TIDAK SANGGUP LAGI PACKING SENDIRIAN KARENA TUBUH MAMA SUDAH MULAI RENTA DAN PENYOK DI BEBERAPA BAGIAN!"

Fix, kalau udah kayak gini, mamanya pasti bakal beneran jadi ikut pergi 'bulan madu' bareng mereka berdua!

Adam pun hanya bisa menghela nafas pasrah. "Buyar sudah semua rencana indahku..." Padahal tadinya, hati kecilnya sempat berharap kalau mamanya hanya sedang bercanda tadi dan bukannya beneran ingin ikut pergi bareng mereka berdua.

Harapan tidak melulu bisa menjadi sebuah kenyataan.

Dan Adam mau nggak mau harus bisa menerima fakta itu dengan baik.

FREYDAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang