Kejutan Tersembunyi

9.5K 354 37
                                    

Happy Reading! 😘

👶👶👶

Tak terasa, waktu berlalu dengan sangat cepat. Kehamilan Freya saat ini sudah menginjak bulan yang ke tujuh. Dan usia pernikahannya dengan Adam pun sudah hampir menginjak bulan yang ke lima.

Tiga hari yang lalu adalah ulang tahunnya Adam. Dan Freya masih mengingat dengan sangat jelas ekspresi bahagia yang tercetak di wajah tampan suaminya itu.

Freya tersenyum penuh kasih mengingat hari itu. Apalagi saat dimana ia memberikan Om Adamnya sebuah kejutan juga hadiah ulang tahun yang tak akan mungkin bisa dilupakan oleh suaminya itu.

"Selamat ulang tahun, Om Adam!" seru Freya berjalan menghampiri Adam yang duduk di belakang meja kerjanya sambil membawa sebuah kue ulang tahun dengan kedua tangannya.

Adam tampak terkejut namun terlihat gembira juga di saat yang bersamaan. Dapat dibuktikan dari bibirnya yang menyunggingkan sebuah senyuman lebar serta kedua matanya yang memancarkan binar bahagia.

Freya meletakkan kue ulang tahunnya ke atas meja, tepat di hadapan Adam.

Matanya mengerling ke arah kue ulang tahun tersebut. "Dihembus dulu lilinnya, Om. Terus make a wish."

Adam mengangguk, masih dengan senyuman bahagia terpatri dengan indah di bibirnya.

Hembusan nafas yang keluar dari mulut Adam berhasil memadamkan api dari kedua lilin yang berbentuk angka 41 itu dengan mulus.

Freya menepuk tangannya, memberi selamat sekali lagi. Bibir manisnya tertarik ke atas, menyunggingkan sebuah senyuman tulus. "Selamat ulang tahun ya, Om! Semoga Om sehat selalu dan panjang umur. Biar kita bisa terus-terus bersama."

Adam balas tersenyum. Satu tangannya terangkat ke udara, memberi isyarat pada Freya supaya mendekati dirinya.

Freya yang menangkap sinyal itu pun menurutinya. Melangkahkan kakinya menghampiri Adam yang duduk di kursi kebesarannya itu.

Begitu Freya sudah berdiri di hadapannya, Adam serta-merta menarik pinggang Freya lalu membawa tubuh mungil itu terjatuh di atas pangkuannya.

Manik mata mereka bersatu. Begitu juga dengan kedua bibir mereka yang perlahan bersatu.

Adam melepaskan pagutannya di bibir Freya dan beralih menempelkan dahinya ke dahi istri cantiknya itu.

Walau mereka sering bersitatap seintens itu, entah kenapa pipi Freya masih saja setia bersemu merah setiap kali manik mata mereka menyatu begitu.

Freya berdehem pelan. "Sebelum aku lupa..." Freya mengambil selembar foto yang sempat ia selipkan ke dalam kantong celana piyama pinknya tadi. "Ini hadiah untuk suamiku tercinta."

Adam menerima foto tersebut dengan satu alis terangkat. "Foto apa ini?"

Freya tersenyum misterius. "Liat aja dulu. Om pasti bakal seneng kok setelah melihatnya."

Adam hanya mengangguk mengerti lalu membalik foto tersebut.

Kedua mata Adam terpaku sedangkan bibirnya hanya bisa bungkam karena lidahnya terasa kelu untuk bisa mengeluarkan sebuah suara.

"I-ini..." Adam mendongakkan wajahnya, menatap Freya. "Ini beneran, Frey?"

Freya mengangguk dengan wajah berseri-seri. "Beneran!"

Adam tersenyum haru. Matanya berkaca-kaca. Ia pun sontak memeluk badan Freya dengan gemas. "Makasih, Frey! Makasih banyak! Saya benar-benar berterima kasih..-"

Freya membungkam mulut Adam dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibir Adam. "Shhh... Udah Mas, nggak perlu bilang terima kasih lagi. Sekali aja, udah cukup kok. Hmmm..." Ada jeda sebentar sebelum kemudian Freya nyengir. "Lagian, kalau emang Mas mau bilang terima kasih banyak-banyak, kepada Tuhanlah seharusnya Mas berterima kasih. Kan Tuhan yang ngasih kita dua anak kembar berjenis kelamin laki-laki sekaligus, hehe."

FREYDAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang