Merasa Aneh

20.4K 1.1K 40
                                    

Happy Reading! 😘

👶👶👶

Sudah lebih dari sebulan sejak kejadian ciuman panas waktu itu dan Freya belum bertemu dengan Adam sekali pun. Pria itu seolah menghilang bak ditelan bumi.

Freya menghela nafas. Ia menggelengkan kepalanya, menepuk-nepuk kedua pipinya, berusaha mengusir bayangan wajah Adam dari benaknya. "Lupain Frey, lupain! Ciuman itu bisa terjadi hanya karena terbawa suasana saja, bukan karena hal-hal lainnya. Apalagi karena alasan spesial!"

Sudah hampir sebulan ini pula, Freya merasa aneh karena terlalu sering muntah-muntah. Padahal yang ia muntahkan sama sekali tidak ada, hanya air liurnya saja yang keluar.

Seperti yang terjadi saat ini.

Freya mengerutkan keningnya. "Gue nggak mungkin hamil gara-gara dicium sama om Adam waktu itu?"

Freya menggeleng-gelengkan kepalanya, menertawai pikiran absurdnya. masa iya, hanya sekedar bibir saling menempel dan lidah saling membelit bisa membuat perempuan hamil?

"Udah ketularan gilanya om Adam ini mah namanya."

Freya mendengus. Orangnya memang sudah nggak ada di sini lagi, tapi virus gilanya ternyata tertinggal disini, bahkan sudah berhasil menempel badan Freya. Mungkin pun sudah masuk ke dalam atau mungkin, bahkan sudah menyebar ke seluruh penjuru isi otaknya, makanya dia bisa berpikiran seaneh dan sekonyol tadi.

"Daripada mikirin yang aneh-aneh, mending juga siap-siap pergi ngampus."

Freya pun kembali masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya, ia menyiapkan pakaian untuk dipakai ke kuliah nanti sekalian mengambil handuk baru dari dalam lemarinya terlebih dahulu.

👶👶👶

"Gara-gara lo makan terus, tiap detik, tanpa jeda. Gue juga jadi ikut-ikutan makan terus, padahal gue baru aja siap makan."

Freya tertawa mendengar gerutuan Jeje, sahabat satu-satunya itu.

"Ya nggak papa dong! Mulut kan dipake bukan hanya buat ngomong, tapi juga buat makan sepuasnya!"

Jeje geleng-geleng kepala. "Kalau gini terus, bisa-bisa berat badan gue meningkat secara drastis gegara lo!"

Freya tertawa lagi. Ia lalu menepuk-nepuk pundak Jeje. "Ya udah sih, relain aja. Yang penting lidah lo puas udah makan banyak-banyak."

Jeje mendengus. "Iya, masalahnya, yang ada gue kena obesitas juga kali, nyet!"

Freya terkekeh. "Ya lo tinggal olahraga aja kali, buat ngebakar kalori yang udah lo konsumsi."

Jeje mendelik kesal. "Nggak segampang itu maemunah!" Ia mendengus. "Lo tahu kalau gue paling benci yang namanya olahraga."

Freya menaik-turunkan alisnya menggoda, mengulum senyum jahilnya. "Yakin?"

Jeje mengangguk yakin. "Yakinlah!"

Freya semakin semangat menggoda Jeje, apalagi saat ia melihat dosen mereka yang baru saja lewat di balik punggung Jeje. "Walau olahraga malam bersama dosen es lo itu?" Ia mengerling sekilas ke arah dosen tadi.

Jeje spontan membalikkan badannya. Ia menyimpan pertanyaan Freya dulu sebentar, baru nanti ia akan menjawabnya. Setidaknya, setelah urusan singkatnya yang satu ini selesai.

Jeje melambaikan tangannya dengan senyuman lebar terpatri di wajah cantiknya. Kedua lesung pipitnya bahkan terlihat sangat dalam dan jelas. "Selamat pagi, pak dosen!"

Teriakan lantang Jeje yang membahana ke seluruh penjuru kantin pun dengan mudahnya menarik perhatian semua orang termasuk orang yang disapa. Walau Jeje tidak menyebut nama orang itu, tapi dosen yang disapa Jeje dengan nada sangat riang dan ceria tentu saja sadar kalau dialah dosen yang sedang disapa oleh Jeje barusan.

FREYDAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang