Balas Dendam

4.8K 343 7
                                    

Happy Reading! 😘

👶👶👶

Santi menurunkan kacamata bacanya, menatap Freya dengan pandangan bertanya penasaran. "Kamu mau ke mana, Frey?"

Freya nyengir. "Mau ke rumah tetangga sebelah, ma. Buat balikin rantang makanan doi," jawabnya seraya menggoyang-goyangkan rantang makanan berwarna kuning cerah yang ia pegang di tangan kanannya.

Santi hanya manggut-manggut sambil ber oh ria lalu kembali melanjutkan bacaannya. Begitu pula dengan Freya yang kembali melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti.

"Loh kamu kenapa balik lagi, Frey?" tanya Santi saat melihat Freya malah balik masuk ke dalam rumah lagi, padahal tadinya menantu kesayangannya itu sudah menghilang di balik pintu.

Freya menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal itu. "Hmmm, itu ma..." Freya mendekat ke arah Santi lalu membisikkan sesuatu ke telinga mama mertuanya itu.

Santi manggut-manggut mengerti. Menepuk bahu Freya dengan akrab sambil tersenyum lebar. "Oke, kamu tenang aja. Mama pasti bakal bantu kamu melaksanakan misi balas dendammu itu."

Freya mengangguk dan balas tersenyum—puas. "Makasih ma!" Santi hanya memberi anggukan singkat sebagai balasannya. "Kalau gitu, aku pergi dulu ya. Bye ma!"

Santi terkekeh geli melihat Freya keluar dari rumah dengan kaki melompat-lompat kecil. "Yoi, bye~"

Setelah memastikan pintu depan sudah kembali tertutup rapat, barulah Santi beranjak dari singgasana nyamannya menuju ruang kerja anaknya yang sudah tua itu.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Santi nyelonong masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Adam—seperti biasa.

Adam menghela nafas jengah setelah tahu siapa pelaku yang nekat main masuk begitu saja ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. "Ma, berapa kali Adam harus bilang kalau-"

"Mau masuk, ketuk dulu pintunya," potong Santi cepat.

Adam mendengus. "Nah, itu mama tau. Tapi, kok mama malah nggak laksanakan-"

Santi memukul permukaan meja kerja Adam. Menatap gemas ke arah anak satu-satunya itu. "Dengar ya anakku sayang, mama lagi malas dengar omelan panjangmu itu. Mama buru-buru ke sini karena mama mau bilang kalau istri tercintamu itu sedang selingkuh!"

"Mama nggak boleh gitu dong. masa giliran mama yang ngomel-ngomel, Adam dengerin dengan lapang dada tapi ini kok giliran Adam yang mau ngomel-ngomel mama malah main potong-" Kening Adam tiba-tiba berkerut dalam saat proses kerja otaknya sudah mencapai 100%. Tunggu dulu! Tadi mama bilang apa? "HAH?! FREYA SELINGKUH?!"

Sorot mata Adam menuntut penjelasan ke arah Santi. "Yang benar aja ma! masa Freya beneran lagi selingkuh, sih?!" Jari telunjuknya menuding Santi sedangkan matanya memicing curiga. "Mama pasti bohong kan?"

Santi mendengus. Ia menurunkan jari telunjuk Adam yang mengarah tepat di depan wajahnya dalam sekali sentak. "Mama nggak bohong! Lagian, buat apa juga mama bohong ke kamu soal itu?" Buat bantu Freya balas dendam ke kamu lah, Dam. Batinnya menjawab, terkekeh penuh muslihat.

Adam tampak memikirkan perkataan mamanya itu barang sebentar sebelum kemudian ia mengangguk setuju. "Mama benar juga."

Santi merasa gemas dengan kelemotan anaknya itu. "Ya kalau begitu, kamu tunggu apa lagi?! Cepetan susul istrimu itu! masa kamu masih mau stay di sini sedangkan istrimu itu lagi sibuk bermesra-mesraan dengan lelaki lain?!"

Adam mengangguk mengerti. Ia pun buru-buru keluar dari dalam ruangannya tapi tak lebih dari dua detik, ia balik lagi. Ia menyembulkan kepalanya ke dalam, menatap mamanya dengan cengiran lucu. "Tempat Kejadian Perkaranya dimana ya ma?"

FREYDAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang