Ancaman Adam

19.6K 1K 23
                                    

Happy Reading! 😘

👶👶👶

Freya menanti dengan perasaan harap-harap cemas.

Di satu sisi, ia merasa sangat penasaran tapi disisi lain, ia merasa ketakutan juga. Bagaimana kalau pria itu bukan pria yang termasuk dalam kategori maupun kriteria dari pria idamannya sedikit pun?

Adam tersenyum penuh makna. "...Tukang becak."

Freya melongo. Mulutnya terkulai jauh ke bawah. Matanya menyiratkan binar tak percaya. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. "Om Adam! Yang serius dulu kek!"

Adam mengatur raut wajahnya supaya terlihat meyakinkan. "Saya serius, Freya."

Freya geleng-geleng seraya tertawa hambar. "Om bercanda pasti. Nggak mungkinlah!" Ia lalu memicingkan matanya, berusaha memojokkan Adam supaya berkata jujur. "Lagian, dari mana om bisa tahu mengenai hal itu? Setahuku, kita sudah lama nggak jumpa dan baru saja berjumpa hari ini setelah hampir dua bulan lamanya."

Adam sebenarnya bingung mau jawab apa tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Nggak papalah, sekali-sekali ngerjain Freya. Hitung-hitung sebagai bentuk pembalasan karena dulu Freya seringkali menjahili dirinya.

"Saya menyaksikan sendiri pas si tukang becak itu mempreteli kamu."

Freya melotot. "APA?!! YANG BENAR AJA OM!!"

Adam mengangguk meyakinkan. Mati-matian berusaha menahan tawanya.

Freya menggelengkan kepalanya berulang kali. Ini benar-benar horor sekali. Mimpi buruk yang menjadi kenyataan banget ini mah ceritanya! "Kalaupun itu benar, kenapa om hanya diam saja pas aku lagi di unboxing sama si tukang becak itu? Kenapa om nggak bantu aku keluar dari situasi jahanam itu? Kenapa om nggak hajar pria itu? Kenapa om malah membiarkan aku digituin begitu saja?"

Freya menarik nafas banyak-banyak setelah selesai memberondong Adam dengan rentetan pertanyaan tanpa henti. Tapi ternyata, ia belum merasa puas. Itu belum seberapa menurutnya. Maka dari itu, ia kembali melanjutkan aksinya untuk membombardir Adam dengan banyak pertanyaan lainnya.

"Jadi, om ngapain di situ waktu itu? Hanya berdiri kayak patung? Terus nonton kayak penonton setia acara lawak gitu?"

"O-om..." Freya menunduk sebelum menitikkan air matanya. Ia sudah tidak bisa menahan air matanya untuk tidak terjun bebas dari pelupuk matanya. "Om... Om Adam kenapa... kenapa hanya diam saja?" Freya mendongakkan kepalanya, tampak sekitaran matanya sudah penuh dikelilingi oleh lelehan air mata yang masih basah. "Om tega biarin aku kayak gitu?"

Tangisan Freya semakin menjadi-jadi. Dia yang tadinya hanya terisak-isak malah jadi benar-benar menangis kejer. "Om tega biarin aku ngalamin hal yang menjijikkan seperti itu?" tanyanya untuk yang terakhir kalinya sebelum benar-benar menghabiskan sisa waktu untuk menangis hebat, meratapi nasibnya yang sangat sial.

Sebenarnya, apa yang ia perbuat di masa lalu sampai dia memang pantas mengalami hal nista seperti itu? Apa dosa-dosanya memang sebesar itu kah? Rasanya Freya pengen ngadu aja tapi kalau dipikir-pikir lagi, percuma juga ngadu karena semuanya sudah terlanjur terjadi. Jadi, hal yang bisa ia lakukan, hanyalah berusaha menerima ini semua dengan berlapang dada dan juga menerimanya dengan hati yang ikhlas.

Adam yang melihat Freya menangis pun jadi kelabakan sendiri. Ia benar-benar tidak menyangka kejahilannya bisa membuat Freya sampai berakhir dengan bercucuran air mata seperti ini.

Adam menggaruk-garuk belakang kepalanya, bingung harus berbuat apa. Bagaimana cara ia menenangkan Freya yang sudah terlanjur menangis begini?

Adam benar-benar kelimpungan sekarang karena setelah berusaha melakukan berbagai cara yang bisa otaknya pikirkan, Freya tetap saja belum berhenti menangis.

FREYDAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang