Setelah dua minggu ia tidak bersekolah
karena kejadian yang menimpa dirinya, sekarang Agatha telah siap dengan seragam putih abu-abunya.Agatha tersenyum ceria, ia tidak boleh
lesuh dihadapan teman-temannya nanti di sekolah. Ia pun segera mengenakan jaket tipis berwarna hitam itu untuk menutupi bekas luka yang ada di tangannya, dan juga ia tak lupa mengoles sedikit cream di bagian pipinya untuk menutupi bekas luka
yang hampir hilang.Sudah cukup dua minggu ini ia mengurung diri di kamar tanpa bertemu dengan teman-temannya, ia sengaja karena tidak ingin membuat teman'nya khawatir akan bekas luka itu.
Setelah Agatha sudah siap, ia menuruni
tangga dan tampak papanya yang sedang sarapan bersama kedua abangnya dan juga mamanya."Kamu beneran pengen masuk sekolah
hari ini?" tanya pria paruh baya itu dengan tersenyum kearah Agatha."Beneran pa, aku nggak mau ketinggalan pelajaran di sekolah nanti."
"Kalo gitu kamu sarapan dulu, nanti kalo belum sembuh total kamu libur aja dulu ya sayang," ucap papanya lembut.
"Iya pa," Agatha tersenyum, ia senang bisa mempunyai papa yang sangat perhatian kepadanya.
"Ma setelah papa berangkat keluar kota
nanti, Tata jangan disuruh-suruh yang
berat dulu ya ma, kan dia baru saja
sembuh dan itupun belum pulih." ucap
Papanya yang memberi amanah pada
Riska, mamanya."Loh papa mau keluar kota? Ngapain pa?" tanya Agatha, ia sempat kaget dengan penuturan papanya itu.
"Iya papa mau keluar kota, karena
ditugaskan di sana dari kantor papa. Jadi papa harus terima kontrak kerja sama perusahaan, agar perusahaan papa sama om Jason bisa bekerja sama dengan baik.""Berapa lama papa di sana?"
"Papa di sana sekitar kurang lebih satu
bulan," jawab pak Gerry."Papa hati-hati di sana, jaga kesehatan
jangan lupa makan.""Siap untuk anak papa," ucap Gerry sembari mengelus lembut rambut Agatha.
***
Dengan setelan kaos olahraga SMA Kasih, kini Justin terlihat sedang men'shoot bola basket dengan jarak yang cukup jauh dari ring. Justin men'dribble bola dengan menggiring bola ke arah ring serta melakukan lay up dan shoot yang
cukup baik.Bola sama sekali tidak pernah melenceng dari ring. Justin melakukan
semua itu dengan sempurna. Mereka semua yang melihatnya tidak pernah heran dengan kemampuan Justin
dalam bermain bola basket, karena Justin yang menjabat sebagai ketua tim basket. Jadi wajar jika Justin sudah menguasai teknik dasar permainan bola basket.Di pinggir lapangan Agatha hanya bisa
menyaksikan orang-orang yang sedang
bermain bola basket, ia seperti tak asing dengan salah satu pemain basket itu."Agatha lo ngapain di sini?" tanya Oliv
salah satu sahabatnya."Lagi liat orang main basket lah," ucapnya sewot karena merasa terganggu dengan kehadiran ketiga sahabatnya itu.
"Liatin orang main basket atau liatin
ketuanya?" tanya Cloudy sedikit menggoda Agatha."Terserah lo pada."
"Eh Ta, lo belum cerita ke kita-kita
nih kenapa lo nggak masuk selama dua
minggu. Emangnya lo kemana Diteleponin nggak bisa," sahut Vero, karena sebenarnya memang tidak ada yang tahu kejadian Agatha, kecuali keluarganya. Agatha menyembunyikan semua ini dari sahabat-sahabatnya serta pihak sekolah, ia selama ini izin tanpa diketahui sebabnya.Agatha sedikit kaget, ia gugup karena
belum menyiapkan jawaban, meskipun ia tahu jika sahabatnya ini akan menanyakan dirinya yang dua minggu tidak masuk sekolah."Eh kalian ngapain di luar kelas?" teriak pak Deny, selaku guru fisika yang sedang bertugas piket hari ini.
"KABUR!" teriak mereka bersamaan sambil berlari menuju kelasnya di lantai dua, takut jika nanti ketahuan maka mereka akan dihukum.
Tanpa disadari seseorang telah melihat
mereka di tengah lapangan dengan
senyumnya yang tipis.***
Ting
+6282172180898
Hai nona apa kabar? Kurasa kau sudah
membaik. Kapan kita berjumpa lagi?
Perkiraan ku bulan depan kita akan
berjumpa. Waktu yang lama bukan?
Bersenang-senanglah selama satu bulan ini. Ah sial, pada waktu itu aku ingin berbuat yang lebih kepadamu. Tapi nasib baik sedang menghampirimu, karena pria sialan itu kau jadi lepas. Tidak apa-apa kau akan aku lepaskan selama satu bulan dua minggu bukan? Toh kita akan bertemu lagi, siapkan mentalmu nona.
See you next month.
-JAMata Agatha membulat, degup jantungnya terasa tidak normal serta keringat dingin membasahi pelipisnya.
"Ta, lo kenapa?" tanya Vero
memperhatikan raut wajah Agatha yang terlihat sedikit pucat."Gue nggak papa, gue tadi nahan berak.
Kalo gitu gue ke kamar mandi dulu ya,"
ucap Agatha lalu beranjak untuk pergi ke ke kamar mandi.Mereka bertiga hanya tertawa geli melihat sahabatnya menahan buang air besar, dengan wajah yang penuh keringat.
Di kamar mandi, Agatha memijit
pelipisnya ia benar-benar takut untuk
bertemu dengan psikopat gila itu.
Seharusnya ia mendengar saran papanya supaya dilaporkan kepada pihak yang berwajib, tapi Agatha tidak ingin melakukannya takut orang itu berbuat lebih jika nanti ia tahu bahwa Agatha yang telah melaporkannya.Agatha memang tertutup, ia tidak pernah membicarakan privasi dirinya. Bahkan sahabat-sahabatnya saja tidak pernah ia bawa ke rumah untuk diperkenalkan oleh orang tuanya, bukan Agatha yang tidak mau tapi mamanya yang tidak mengizinkan.
Jangan pernah menunjukkan kesedihanmu di hadapan orang lain, jika kamu tidak ingin mereka menganggap kamu lemah.
Lebih baik kita berbagi kebahagiaan bukan? Supaya orang-orang sekitar kita tertawa daripada berbagi kesedihan yang akan membuat orang itu kasihan padamu.
Agatha mengingat kata-kata papanya, dan ia pun segera mencuci mukanya di
wastafel kamar mandi, ia berusaha untuk melawan takut. Ia tersenyum tipis melihat pantulan dirinya di cermin, ia berusaha meyakinkan diri supaya berjuang melawan kerasnya hidup."Ayok Agatha lo pasti bisa!" ujarnya yang memberi semangat pada dirinya sendiri. Untunglah kamar mandi tidak ada siapa-siapa selain dirinya, toh ini masih jam pelajaran, kelasnya saja yang sedang ada jam kosong.
Agatha berjalan mengiringi koridor
sekolah, tampak seorang cowok yang
yang menurutnya tak asing, tapi ia masih berpikir di mana ia bertemu dengan cowok itu?Cowok itu berbelok ke arah kiri memasuki kelas 11 IPA 1, Agatha pun segera berlari kecil menuju kelasnya.
Dari kejauhan ia mendengar suara berisik dari asal kelasnya, tapi ini tidak berisik seperti mengobrol atau bernyanyi-nyanyi. Yang ia dengar adalah suara teriakan serta tangisan teman-teman kelasnya.Ada apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah sampai di pintu kelas ia langsung membukanya, ia tersentak kaget melihat salah satu teman kelasnya yang tergeletak di lantai kelas serta tubuhnya yang penuh darah.
Agatha langsung menghampiri ketiga
sahabatnya itu, ia meminta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi."Tadi ada orang berjubah hitam, dia bawa pi..sau terus langsung nancap tubunya Chealse." ucap Cloudy dengan bibir bergetar.
Deg!
***
Yuk vote & komen yuk 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Love in the Fall
Mystery / ThrillerJudul awal 👉 XELLA WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!! Ini cerita tentang psikopat yang selalu meninggalkan clue setelah melayangkan nyawa seseorang dengan pisau yang selalu ia bawa. Clue ini berupa target selanjutnya yang harus ditebak dengan logis! Jika...