Judul awal 👉 XELLA
WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!
Ini cerita tentang psikopat yang selalu meninggalkan clue setelah melayangkan nyawa seseorang dengan pisau yang selalu ia bawa. Clue ini berupa target selanjutnya yang harus ditebak dengan logis! Jika...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan pernah kembali, jika hal itu menyakiti. Karena aku tak pernah ikhlas, bila harus melepas. - Justin Alexander
***
Kerumunan banyak orang itu, menarik perhatian siswa-siswi SMA Kasih yang baru saja ingin memasuki gerbang sekolah. Ada yang beberapa di antaranya keluar untuk memastikan kejadian yang sama sekali tak mereka duga.
Sebagian orang dari kerumunan tersebut keluar dengan menutupi indra penciumannya dan memegang perutnya mual. Karena tidak tahan ketika melihat mayat perempuan dengan tubuhnya yang sudah hancur.
Mayat seorang gadis yang diduga salah satu siswi SMA Kasih itu, ditemukan dalam keadaan tewas di gang kecil belakang sekolah. Dengan kondisi wajah yang tersayat, dan bagian perut yang tercabik-cabik akibat tusukan pisau yang dihantam beberapa kali, sehingga membuat sebagian isi organ tubuh tersebut keluar.
Ada beberapa yang heboh dan ingin tahu, dan ada juga beberapa orang yang berusaha untuk menghubungi polisi dan juga mobil ambulan, untuk segera menangani kasus ini.
Di sisi lain, Agatha yang sudah mendengar kejadian tersebut, kini hanya berdiam diri masih dengan keadaan yang syok. Sungguh ia tak percaya, kejadian ini terulang kembali, setelah ia memutuskan hubungannya dengan laki-laki yang sekarang ada dalam pikirannya.
Gavin menepuk bahu Agatha pelan, menyadarkan gadis itu yang masih terhanyut dalam lamunan. "Ta, lo kok diem aja? Lo kepikiran ya sama kejadian itu?" tanya Gavin menebak-nebak.
Tak ada respon dari gadis itu, Gavin mengangkat bahunya, kemudian melangkahkan kaki, meninggalkan Agatha masih dalam lamunannya.
Gavin berjalan menyusuri koridor, hingga ia sampai pada sebuah ruangan yang masih terlihat sepi ketika dipandang dari depan. Setelah sampai di depan pintu, kini tangannya terangkat menggeser pintu tersebut. Setelah terbuka, tatapannya langsung bertemu dengan tiga temannya yang sedang memegangi sebuah kertas.
"Woi bro, sorry banget nih telat. Kalian udah diskusiin apa aja nih?" tanya Gavin. Kini dengan santai ia mendudukkan dirinya di kursi yang berada tak jauh dari ketiganya.
"Kita lagi bahas calon ketua OSIS angkatan baru," jawab salah satu laki-laki yang biasa dipanggil Rio.
Salah satu di antaranya berpikir keras, entah kenapa ide itu terlintas dalam pikirannya. "Gimana kalau Agatha aja yang dipilih sebagai salah satu calon ketua OSIS angkatan baru? Kan biar bisa jadi penerus lo juga, Lex." Tangannya terangkat merangkul bahu Justin.
"Nggak!" Sontak, Justin dan Gavin menolak bersamaan. Mereka tak setuju dengan saran yang Al katakan.
Dahinya berdenyit ketika Justin dan Gavin menolak pendapatnya. "Lho kenapa?" tanyanya bingung.
