Judul awal 👉 XELLA
WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!!
Ini cerita tentang psikopat yang selalu meninggalkan clue setelah melayangkan nyawa seseorang dengan pisau yang selalu ia bawa. Clue ini berupa target selanjutnya yang harus ditebak dengan logis! Jika...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semarah apa pun ibu terhadap kamu, itu bukti bahwa ia peduli dan sayang terhadap kamu. - Agatha Alice
***
"Agatha!"
Agatha sontak menengok ke sumber suara yang memanggil namanya, ia cukup kaget dengan kehadiran abang pertamanya itu.
"Pulang!"
"Iya bang, ini gue mau pulang."
Agatha memanggil pelayan tersebut, kemudian ia mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya untuk membayar minuman yang dipesan oleh Justin tadi.
"Lo yang bayar?" tanya Tino setelah melihat Agatha menyerahkan uang tersebut.
"Iya gue tadi traktir Justin, bang." Tanpa persetujuan Agatha, Tino pergi dari sana dengan meninggalkan Justin dan Agatha yang masih berbicara. Lebih baik ia menunggu Agatha di parkiran.
"Gue duluan ya kak," pamit Agatha pada Justin.
"Oke, masalah tadi jangan lo pikirin."
Agatha hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya, kemudian ia meninggalkan Justin yang masih setia di tempat duduknya tadi.
Setelah mencari keberadaan mobil Tino, Agatha langsung saja masuk ke mobil dan mendapati Tino dengan mata terpejam dan earphone yang berada di telinganya.
"Ayok, bang."
Tino melirik adiknya sekilas, kemudian ia menyalakan mesin mobil dan menancap gas dengan kecepatan sedang.
Keheningan terjadi di dalam mobil tersebut, tidak ada yang saling bertukar cerita untuk memecahkan keheningan. Agatha hanya melihat-lihat pemandangan lampu malam dari kaca mobilnya, ia tidak berniat untuk berbicara dengan Tino.
Tidak terasa mobil mereka telah terparkir di halaman depan rumahnya, Agatha langsung saja masuk rumah tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Byurrr
Bukan sambutan baik yang Agatha terima ketika ia telah sampai di rumah, melainkan guyuran yang kini membasahiseluruh pakaiannya. Siapa lagi kalau bukan Riska, mamanya.
"Kenapa kamu keluar nggak izin dulu sama saya? Mau jadi anak durhaka kamu?!" bentak Riska.
"Tadi aku buru-buru ma," ucap Agatha dengan bibir gemetar.
"Saya tidak peduli dengan alasan kamu. Kamu nggak boleh masuk kamar. KELUAR!" teriak Riska emosi.
Tino hanya bisa melihat sikap kasar mamanya pada Agatha dengan tatapan datar, ia tidak ada niatan untuk membela Agatha.
