17 🏖 Pernikahan 🏖

210 115 120
                                    

Warning : Terdapat adegan kekerasan, mohon bijak dalam membaca.

Now playing | EXO | Universe

Aku kehilangan kendali ketika hasrat psikopatku menggebu, hingga akal sehatku hilang begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku kehilangan kendali ketika hasrat psikopatku menggebu, hingga akal sehatku hilang begitu saja.

.
.
.

Hari ini tepat hari pernikahan Riska dan Herman. Semua dekorasi ditata secara elegan, dan tentunya mewah. Semua yang melihat pasti sangat takjub, kecuali Agatha.

Agatha hanya diam menyendiri, ia tidak terlalu semangat dengan acara ini. Ia masih belum siap, harus bersaudara tiri dengan Ferisha.

"Hei.." sapa Justin membuyarkan lamunan Agatha.

"Eh, kak Justin. Ada apa kak?" tanya Agatha tersenyum.

"Gue mau cerita sama lo, tentang mimpi gue tadi malam."

"Mimpi apa ya kak?"

Justin memegang pergelangan tangan
Agatha, mengajak Agatha untuk mengobrol di taman belakang.

Setelah sampai di taman belakang, Justin menghembuskan napasnya pelan. Berusaha bersikap tenang, dan tidak gegabah. "Gue takut mimpi gue ini terjadi lagi," ucapnya to the point.

"Kak lo cerita aja sama gue, ntar biar kita selesaiin bareng-bareng," Agatha
tersenyum tulus, senyum yang membuat Justin jadi merasa tidak perlu khawatir dengan keadaan ini.

"Gue mimpi, acara pernikahan mama lo dan papanya Ferisha nggak berjalan
dengan lancar."

"Di dalam mimpi gue itu, ada dua orang berjubah hitam yang menculik mama lo. Mama lo dibawa ke suatu gedung yang isinya mesin giling." Sambung Justin, ia takut harus menceritakan ini, karena Agatha tidak boleh berpikir yang berat-berat, karena Justin tahu Agatha sedang sakit parah.

"Seterusnya apalagi kak?" tanya Agatha
mulai khawatir.

"Kalo gue ceritain semua ini sama lo, lo janji ya nggak bakal bertindak nekat.
Inget sama penyakit lo, gue nggak mau lo kenapa-napa."

Agatha merasakan detakan jantungnya berpacu cepat, bisa-bisanya ia terbawa
perasaan seperti ini. Cepat-cepat ia netralkan detakannya, "lya kak, gue janji. Gue baik-baik aja kok."

"Kelanjutannya, mesin itu dinyalain sama salah satu orang berjubah hitam
itu. Gedung itu sepi, gelap, nggak ada
siapa-siapa di sana kecuali mereka bertiga."

"Mama lo nangis, dia ketakutan. Jubah hitam itu memasang satu lilin, agar ada penerangan di sana. Mereka narik-narik mama lo untuk mendekat ke mesin itu."

"Mama lo ngeberontak sekuat tenaganya. Tapi nggak bisa. Orang itu bicara sama mama lo, katanya mama lo itu licik. Mama lo punya rahasia besar yang nggak diketahui siapapun, kecuali si jubah hitam ini."

Psycho Love in the FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang