42 🌌 Cemburu 🌌

204 49 315
                                    

Jangan lupa vote!

🎶 Jika - Melly ft. Ari 🎶

Aku merangkai kata dalam keheningan, menciptakan musik dalam alunan, mencintaimu walau dalam senyuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku merangkai kata dalam keheningan, menciptakan musik dalam alunan, mencintaimu walau dalam senyuman.

***

Hari libur sudah berlalu, kini waktunya untuk kembali ke sekolah. Pagi ini Agatha berangkat bersama Abangnya Gavin, karena mulai sekarang ia sudah berjanji untuk tidak merahasiakan sesuatu dari sahabatnya lagi.

"Bang, kok tumben lo ke sekolah bawa mobil?" tanya Agatha, yang begitu heran. Karena biasa Abangnya yang satu ini selalu membawa motor.

"Sebenernya gue pengen bawa motor, tapi Justin suruh gue bawa mobil kalo berangkatnya sama lo," jawab Gavin.

Sontak Agatha menatap Gavin yang fokus menyetir, "Kak Justin?" tanyanya memastikan.

Gavin mengangguk tanpa menoleh, "Iya, dia bilang sama gue lutut lo terluka. Kalo lo naik motor, takut nantinya malah tambah sakit." Mengingat Justin yang meneleponnya pagi-pagi buta tadi, membuat Gavin sedikit kesal dengan alasan konyol seperti itu.

Senyum Agatha mengembang, ketika mendapatkan perhatian kecil dari Justin walau secara tak langsung. "Oh," ucapnya singkat.

Melihat Agatha tersenyum seperti tadi, membuat Gavin heran sendiri. "Gue rasa, Justin suka deh sama lo. Ya, nggak papa sih Justin suka sama lo. Secara kan dia itu perfect boy." Gavin sebenarnya kesal dengan Justin, karena menurutnya Justin itu cowok yang menyebalkan. Ketika Gavin dan teman-teman lain berbicara, cowok itu selalu merespon dengan singkat. Tapi, ketika melihat perhatian kecil Justin terhadap Adiknya, ia mendukung hubungan keduanya.

"Perfect boy? Memang lo tahu apa tentang kak Justin sampe lo bilang gitu, Bang?" tanya Agatha yang mulai penasaran.

"Gue itu satu tim basket sama Justin dari pertama kali masuk SMA. Jelas gue tahu, karena Justin itu termasuk teman dekat gue. Justin itu ketua OSIS, kapten basket, pinter, berbakat, dan pekerja keras. Kurang apalagi coba? Kalo masalah ganteng sih, kayanya masih gantengan gue," ucap Gavin dengan percaya diri.

Justin memanglah laki-laki yang terbilang hampir sempurna, dan pandai dalam suatu bidang yang ia tekuni. Agatha senang mendengar cerita Justin dari Abangnya sendiri. Tapi mendengar tingkat kepedean Abangnya itu, membuatnya geli sendiri. "Gue mau muntah Bang, denger kalimat lo yang terakhir."

"Gue emang ganteng, di mata cewek yang tepat." Gavin menyisir rambutnya ke belakang dengan satu tangannya . Hari ini ia terlihat begitu percaya diri. "Gue denger lo pacaran sama Axel, si manusia yang auranya menyeramkan itu. Pokoknya gue nggak setuju ya Tha kalo lo jalanin hubungan sama tuh cowok. Lo harus putusin dia, terus jadian sama Justin!" Seperti sebuah perintah, Agatha yang mendengarnya terlihat patuh. Ia senang Gavin mendukungnya sekarang bersama Justin.

Psycho Love in the FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang