27 💤 Time With Gavin 💤

171 65 284
                                    

Jangan lupa vote & komen 🧡

Now playing • For Life • EXO

***

Angin membawa rambut gadis itu berterbangan. Walau sudah di dalam ruangan, tapi angin tak kunjung untuk sekedar berhenti memberantaki rambut gadis itu.

Cuaca hari ini sedang tidak cerah, ingin rasanya Agatha pindah tempat duduk agar angin tidak selalu menghampirinya. Tapi ia tidak bisa. Semenjak kesalahpahaman ketiga sabatnya, Agatha duduk di belakang dekat jendela kelas.

Pikirannya kini kacau, ditambah dinginnya cuaca yang membuatnya sedikit menggigil karena hujan sebentar lagi pasti akan turun.

Kejadian kemarin sempat membuatnya tidak percaya bahwa Justin yang melakukan itu semua. Ini masih di luar dugaannya, ia tidak boleh asal percaya dengan bukti yang merujuk ke Justin. Tapi, ia harus mencari sendiri bukti yang benar-benar ia temukan, tanpa orang lain yang memberitahunya.

Untuk melepas penat yang ada dalam pikirannya, kini ia mengambil sebuah earphone dari tasnya, dan menyetel musik yang membuat hatinya tenang.

Sembari mendengarkan lagu, ia menulis di buku diary-nya tentang semua masalah yang selalu menghampirinya.

"Agatha," panggil orang itu.

Alvaro membuka earphone Agatha, ia kesal sedari tadi tidak di dengar oleh gadis di hadapannya ini.

"Pantes lo nggak denger gue," kesal orang itu.

"Sorry, kak," ucap Agatha.

"Oh iya, kenalin gue Alvaro. Lo boleh panggil gue Al," ucap Al memperkenalkan dirinya.

"Iya kak, gue tahu kok. Lo temennya kak Justin kan?" tanya Agatha.

Al menganggukkan kepalanya, "Btw, lo tahu nggak Justin kemana?" tanya Al.

"Gue nggak tahu kak, kan lo temennya masa lo nggak tahu dia di mana."

"Masalahnya, dia belum masuk sampe sekarang. Handphone'nya juga mati, di telpon nggak di angkat," jelas Al.

"Oh gitu ya, mungkin dia kesiangan atau nggak masuk gara-gara kecapean latihan basket kemarin."

"Bisa jadi," ucal Al.

Al melihat jam tangannya, "Gue cuma mau bilang itu doang sih. Udah mau bel masuk juga, gue ke kelas dulu ya." pamit Al.

"Iya, kak."

"Kak Justin nggak masuk? Dia kemana ya?" batin Agatha.

●●●

Justin memijit pelipisnya pelan, rasa sakit di kepalanya tak kunjung hilang dari semalam. Tubuhnya terasa lemas, dan tak ada selera untuk makan.

"Justin, gimana kamu nggak sembuh kalau kamu belum sarapan."

"Mama suapin kamu bubur ya," ucap Rachel.

"Nggak usah ma, aku nggak selera," tolak Justin.

"Terus kamu mau apa sayang?" tanya Rachel pada putra kesayangannya itu.

"Aku mau cerita sama mama," ucap Justin serak.

"Oke, tapi janji setelah kamu selesai cerita, kamu harus sarapan, gimana?"

"Iya deh ma, iya."

"Oke, kamu mau cerita apa? Pasti mama dengar kok," ucap Rachel yang siap mendengar cerita putranya.

Psycho Love in the FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang