Part 10

166 41 7
                                    

💎Happy reading💎


Arjune bergerak keluar rumah dengan jantung yang berdegup kencang. Bagaimana cara Arjune bisa mendapatkan darah, Arjune sendiri bingung. Tapi, tentu begini lebih baik ketimbang Stev yang pergi mencari mangsanya sendiri. Stev terlalu polos untuk mengerti akan bahaya yang akan menimpanya.

Arjune mengendarai mobilnya, berjalan tanpa arah memecah jalanan Ibu Kota yang padat, berdesak-desakan di antara kendaraan lain, ditambah lagi dengan sinar Mentari yang terik, menimbulkan efek panas di dalam mobil walau Arjune sudah menghidupkan AC-nya.

Brak!

Suara benturan yang cukup keras terjadi tepat di depan mobil Arjune, dua pengendara motor saling bertabrakan. Seketika banyak kendaraan yang berhenti, termasuk Arjune yang paling dekat dengan dua pengendara motor itu.

Arjune turun dari mobilnya untuk melihat situasi di depan. Di sana, jelas terlihat kedua pengendara yang berjenis kelamin laki-laki itu bersimbah darah, Arjune sampai bergidik ngeri melihatnya.

Banyak di antara mereka yang hanya melihat, tak berani mendekat, apalagi sampai memegang korban kecelakaan, membuat Arjune berdecak kesal.

"Siapapun, panggil ambulan!" titah Arjune sambil berteriak.

Arjune sama sekali tidak membawa ponselnya, tadi Arjune meletakkannya di atas meja saat akan menidurkan Zoya di kamarnya. Jadi, Arjune berteriak saja memerintah orang lain.

Ambulan telah dihubungi, tapi sepertinya akan susah tiba di lokasi kejadian mengingat macetnya jalanan saat ini. Arjune kembali memutar otaknya, ini semua tidak benar. Jika seperti ini terus, dua orang ini akan tersiksa.

"Siapapun, bantu aku mengangkat mereka ke dalam mobilku!" titah Arjune.

Kemudian tiga orang laki-laki maju dan langsung mengangkat dua orang itu ke dalam mobil Arjune. Arjune memijit pelipisnya yang terasa sakit, kemudian berbicara sedikit dengan sesebapak, setelahnya baru Arjune melajukan mobilnya untuk segera ke rumah sakit.

Arjune memakan satu permen karet yang diletakkannya di dalam mobil untuk menghilangkan sedikit kekhawatirannya. Sesekali Arjune melihat dua orang di belakang yang bersimbah darah. Tak ada satu pun dari banyaknya yang berkerumun yang mau ikut dengan Arjune ke rumah sakit hanya sekedar untuk mengantar korban saja.

Jujur, Arjune kesal sekali melihat manusia-manusia yang tidak punya rasa simpati itu. Rasanya Arjune ingin mengamuk saja, tapi ditahannya lantaran tak mau digebukin oleh orang-orang.

Arjune berteriak heboh memanggil suster dan dokter saat dirinya baru tiba di pekarangan rumah sakit.

Tak lama setelahnya datang beberapa suster yang sudah siap dengan tandunya.

****

Arjune berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit sambil mulutnya yang terus mengunyah permen karet. Menunggu dokter yang menangani dua korban kecelakaan itu keluar dari ruang UGD.

Tiba-tiba banyak orang yang datang dan beberapa di antaranya adalah polisi menghampiri ruang UGD. Arjune tahu ini untuk penyelidikan. Siap-siap saja dirinya akan ditanyai banyak hal. Sepertinya ini alasan orang-orang tidak mau ikut dengan Arjune mengantar korban kecelakaan.

Bersamaan dengan itu ada dua ibu-ibu yang menangis berlari ke arah UGD. Arjune lagi-lagi menebak kalau dua orang ini adalah orang tua korban. Arjune bahkan tidak mau tahu dari mana keluarga korban mendapat kabar buruk ini.

Benar saja dugaan Arjune, dirinya mulai disugukan banyak pertanyaan. Arjune menjawab setiap pertanyaan antara minat tak minat. Ini terasa menyebalkan, pikiran Arjune berkelana ke Stev yang pasti sudah menunggu dirinya di rumah.

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang