💎Happy reading💎
Stev sudah tidak tahan lagi, dikelilingi seperti ini membuat indra penciuman Stev terganggu. Bau darah dari gadis-gadis membuat hasrat Stev untuk meminum darah jadi meningkat. Stev sudah berusaha menahan diri sedari tadi.
Stev berdiri dari duduknya. "Ah ... bisa beri aku ruang?"
Stev menerobos lingkaran yang dibuat gadis-gadis itu, kemudian berlari keluar kelas. Stev benar-benar tidak tahan dengan bau darah yang menyengat.
"Sial ... Stev!" teriak Fuji dan berlari mencoba menyusul Stev.
Saat berada di pintu kelas, Fuji celingak-celinguk karena tidak mendapati sosok Stev. Padahal Stev baru saja ke luar dari kelas, tapi sudah tidak terlihat batang hidungnya.
"Loh? Ke mana dia? Bukannya baru saja ke luar? Apa lari Stev secepat itu?" tanya Fuji kepada temannya yang ikut mengintip keluar kelas.
Sementara itu Stev berlari ke mana pun kakinya bisa melangkah, yang terpenting bagi Stev adalah menghindar sejauh mungkin dari Fuji dan teman-temannya.
Stev berjalan ke taman belakang yang tentu lebih lengang. Stev mencoba menahan hasratnya untuk tidak kelepasan memangsa murid-murid SMA Purnama sebisa mungkin. Kalau begini terus Stev bisa ketahuan.
Di saat seperti inilah Stev ingin Arjune ada di dekatnya. Bukannya Stev tidak suka sendiri, tapi entah kenapa saat bersama Arjune, Stev bisa lebih mudah mengontrol dirinya. Mungkin karena Arjune adalah orang yang mengikat sumpah darah dengan Stev sehingga membuat Stev bisa lebih tenang kalau ada Arjune di sisinya.
****
Arjune dan Zoya sedang menikmati nasi goreng di kantin. Nasi goreng buatan ibu kantin memang sangat nikmat, tak heran jika masakan satu ini banyak diminati oleh siswa-siswa Purnama.
Deg!
Jantung Arjune bergemuruh tanpa sebab. Arjune memegangi dadanya yang terasa sesak, perasaan Arjune mulai tak tenang. Dilihatnya Zoya yang duduk berhadapan dengannya yang sedang menikmati nasi gorengnya. Arjune mengedipkan matanya beberapa kali sebelum berbicara sesuatu kepada Zoya.
"Zoy! Sepertinya aku harus pergi, ada yang tidak beres dengan Stev," kata Arjune, lalu meneguk minumannya.
"Stev? Memangnya ada apa, Jun? Bukannya Stev sudah besar ya, untuk apa dikhawatirkan? Lagipula kenapa tiba-tiba kau beranggapan seperti itu?" tanya Zoya sambil menyipitkan matanya.
"Apa kau lupa dengan perkataan Stev tadi pagi? Dia punya kelainan pada kulitnya, aku takut dia kesulitan beradaptasi." Arjune berdiri dan meninggalkan kantin sesegera mungkin.
Zoya langsung meneguk minumannya dan menyusul Arjune yang belum jauh. Untunglah makanan dan minuman mereka sudah lebih dulu dibayar saat memesan makanan tadi.
Zoya mengikuti langkah Stev yang tidak menuju kelas, tapi justru menuju taman belakang sekolah. Zoya mengernyitkan dahinya heran saat mengikuti langkah Arjune, Zoya pikir Arjune akan ke kelas menemui Stev, tapi ternyata Arjune justru menuju taman belakang.
"Stev! Kau tak apa?" tanya Arjune panik saat mendapati Stev terduduk di bawah pohon rindang di taman belakang sekolah.
Zoya dibuat melongo saat melihat ada Stev di sana. Ini membuat Zoya takjub sekaligus merasa ada yang aneh antara Stev dan Arjune, tapi melihat kondisi Stev yang sepertinya tidak baik-baik saja membuat Zoya menepis cepat pikiran aneh dalam kepalanya.
"Kau datang, Jun ... mereka membuatku sesak," kata Stev sambil memegangi tangan Arjune untuk memberi efek tenang pada dirinya.
"Mereka? Siapa mereka?" tanya Arjune tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time (Vampire) [Complete]
VampirMisteri yang Stev bawa bersama hadirnya, sedikit demi sedikit mulai terungkap.