Part 07

175 48 17
                                    

💎Happy reading💎

****

"Jun!" panggil Stev ketika hanya ada dirinya, Zoya, dan Arjune saja di dalam kelas.

"Ya," jawab Arjune singkat yang terfokus pada ponsel di tangannya.

"Namaku Tao Stevano Somawisesa, benar?" tanya Stev dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Loh? Kenapa kau bertanya kepada Jun soal itu? Bukannya itu namamu? Tidak mungkin kau lupa namamu sendiri 'kan?" tanya Zoya yang sukses menarik perhatian Arjune.

"Iya, itu benar namamu ... lalu?" tanya Arjune yang sudah merasa bodoh amat dengan adanya Zoya di sini.

"Loh? Loh? Ini kok pembicaraannya aneh? Stev, kau lupa namamu sendiri? Kau amnesia, ya?" tanya Zoya heran.

"Jun yang kasih aku nama," jawab Stev yang sukses membuat Arjune menepuk jidatnya keras.

Zoya mengernyit heran, ini terdengar sedikit gila. Zoya tidak bisa mencerna maksud Stev yang bilang kalau Arjune-lah yang memberinya nama.

"Zoy! Nanti aku jelaskan," kata Arjune kelabakan sendiri.

"Kalau namaku Tao Stevano Somawisesa, apa boleh orang panggil Tao?" tanya Stev penasaran karena tadi ada yang memanggilnya dengan nama itu.

"Tidak ... nama panggilanmu itu 'Stev' dan artinya orang-orang akan memanggilmu 'Stev', kecuali panggilan lain yang orang berikan sebagai panggilan sayang atau panggilan benci," terang Arjune.

Sementara Zoya tengah menyimak dan mencerna ke mana arah pembicaraan Stev dan Arjune. Kalau dipikir-pikir, percakapan mereka terlalu aneh.

"Tapi, tadi orang panggil aku Tao."

"Orang? Siapa?" tanya Arjune heran.

"Tadi, di luar," jawab Stev sambil menunjuk keluar kelas.

Zoya dan Arjune saling tatap untuk sesaat, seolah tengah mencari jawaban perkataan Stev dari mata masing-masing, tapi sepertinya mereka sama-sama buntu dan tidak tahu maksud perkataan Stev.

"Jadi, orang itu memanggilmu 'Tao', begitu?" tanya Zoya memastikan.

"Ah ... mungkin saja dia mendengarmu saat memperkenalkan diri, jadi dia pikir panggilanmu adalah Tao," kata Arjune sekenalnya, walau dia sendiri tidak yakin dengan apa yang diucapkannya.

Stev hanya diam dan tatapannya menggambarkan bahwa dirinya sama sekali tidak mengerti dengan maksud perkataan Arjune.

"Sudahlah! Tidak perlu dipikirkan!" kata Zoya memecah keheningan yang sempat terjadi di antara mereka bertiga.

****

Saat pulang sekolah tiba, Zoya sudah tak lagi menebeng dengan mobil Arjune karena dia kali ini membawa motor. Motor matic yang terlihat sedikit tua dan sudah banyak goresan di mana-mana, itulah motor yang setia menemani Zoya selama beberapa tahun belakangan. Zoya tidak malu membawa motor bututnya ke sekolah karena Zoya adalah tipikal perempuan yang tidak suka mendengar celotehan orang banyak. Memang tidak ada yang memakai motor butut seperti Zoya ke sekolah, kalaupun ada yang membawa motor pasti motor yang bagus. Bahkan anak yang masuk SMA Bulan Penuh dengan jalur beasiswa saja tidak ada yang memakai motor sebutut dan sejelek motor Zoya. Pernah Arjune ingin membelikan Zoya motor yang lebih bagus, tapi Zoya menolaknya karena tidak mau merepotkan Arjune lebih banyak. Arjune sudah banyak membantu Zoya selama ini.

Sementara Stev dan Arjune sekarang berada di dalam mobil menuju rumah Arjune. Arjune terus memikirkan apa alasan yang akan diberikannya kepada Zoya kali ini. Otak Zoya yang cerdas tentu tidak akan mudah dikelabuhi, bagaimanapun juga Arjune harus memberi Zoya penjelasan. Gara-gara Stev yang bertanya perihal namanya di depan Zoya, Arjune harus berpikir keras lagi dan lagi untuk membodohi situasi.

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang