💎Happy reading💎
"Bagaimana? Kau tertarik mencobanya?" tanya Frederick memastikan.
Stev terdiam beberapa saat sambil matanya menatap jauh ke atas, berpikir sebelum mengambil keputusan yang menurutnya tepat. Detik berikutnya Stev tersenyum kilas dan mengangguk yakin akan keputusannya untuk mencoba mencicipi darah Zoya agar ingatannya bisa pulih kembali.
"Akan kucoba." Stev berbalik, kemudian hilang dalam kegelapan, menyisakan Frederick dan Maura di sana.
Maura berjalan pelan ke arah Frederick yang tampak menyeringai. Ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam kepala Maura saat ini.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau memberitahukan kepadanya, Yang Mulia?" tanya Maura dengan memasang wajah bingung.
"Kenapa? Bukannya itu akan jadi lebih menarik?" balik tanya Frederick sambil tersenyum miring.
"Menarik? Bagaimana mungkin ini menarik, Tao pasti akan berbeda pendapat dengan kita. Ingat! Dia musuh kita."
"Memangnya kenapa? Apa yang bisa dia lakukan? Dia hanya sendirian, sedangkan kita ada enam orang. Lagipula Tao itu hanya A-Blood, apa yang bisa A-Blood lakukan sendirian?" Frederick membuka mulutnya, memamerkan taring panjangnya, dan lagi-lagi tersenyum miring.
"Benar juga. Dia hanya A-Blood, melawanku sendiri saja belum tentu dia bisa," ujar Maura meremehkan.
****
Stev tiba di depan pintu rumah berwarna putih milik Arjune itu dengan menampilkan senyum tipis di wajahnya. Stev membuka pintu itu dan masuk dengan langkah kaki yang sedikit terburu-buru.
Stev mengikuti sebuah aroma yang menusuk hidungnya, aroma yang sangat disukainya, bahkan mungkin aroma ini adalah aroma yang paling disukai Stev dari apa pun. Aroma itu menuntun Stev ke dapur, di mana Zoya, Arjune, dan Genta sedang memasak makanan bersama.
Zoya tampak sedang mengiris wortel sambil bersenandung kecil, Arjune sedang memasukkan ikan dengan bantuan sedok penggorengan ke dalam wajan, jarak antara tubuhnya dengan wajan sangat jauh. Sepertinya laki-laki itu takut kalau minyak panas itu menciprati kulitnya. Sedangkan Genta tampak sedang mengulek cabe.
"Bagaimana? Kau menemukan Erick?" tanya Arjune saat semua ikan telah dimasukkan ke dalam wajan.
Stev mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Arjune.
"Lalu?"
"Tidak tau, belum ingat," jawab Stev dengan wajah tanpa ekspresi.
Zoya melirik Stev dari sudut matanya karena dia juga penasaran dengan pembicaraan mereka. Karena titik fokus Zoya teralih kepada Stev, jadilah tanpa sengaja Zoya tak lagi mengiris wortel, tapi mengiris telunjuknya sendiri.
"Awh!" Refleks, Zoya mengibaskan tangan kirinya yang terluka.
Kini, semua mata tertuju pada Zoya yang meringis kesakitan, begitu pula dengan Stev. Matanya memerah dengan sorot mata yang tajam, tanpa sadar dia mengeluarkan taringnya.
Dalam sekejap mata Stev sudah berada di dekat Zoya dan menghisap telunjuk Zoya yang berdarah, membuat Zoya terkejut bukan main.
Arjune membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang Stev lakukan. Sedetik kemudian Arjune menghampiri Stev dan Zoya, kemudian menarik paksa tubuh Stev untuk menjauh dari Zoya, sama seperti yang pernah Arjune lakukan saat Stev melakukan hal yang sama kepada Fuji yang terluka di kelas.
"Kau?! Kau ingin aku membunuhmu?!" tanya Arjune dengan sorot mata penuh amarah.
Stev berkedip cepat, kemudian memejamkan mata merah itu rapat-rapat. Beriringin dengan itu, taring yang tadi menyembul di balik bibirnya, kini sudah tak terlihat lagi. Tapi, setelah itu Stev kehilangan keseimbangan akan tubuhnya, alhasil dirinya ambruk di lantai dapur yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time (Vampire) [Complete]
VampireMisteri yang Stev bawa bersama hadirnya, sedikit demi sedikit mulai terungkap.