💎Happy reading💎
Tiba-tiba Zoya teringat sesuatu, baru saja dirinya memeluk Stev dengan alasan takut hantu, padahal Stev sendiri adalah vampir dan Zoya tahu itu. Tapi, entah karena sifat Stev yang polos atau ada alasan lain sehingga Zoya merasakan bahwa Stev tidak seberbahaya itu. Rasanya aneh jika Zoya tidak terlalu takut dengan Stev, padahal mendengar rumor pembunuhan yang katanya disebabkan oleh vampir saja Zoya sudah bergidik ngeri, tapi dengan Stev, Zoya merasa tidak terlalu takut.Zoya mengangkat bahunya, kemudian kembali ke kelas untuk melanjutkan piketnya yang belum selesai.
Saat tiba di kelas, suasana kelas tampak biasa saja dengan lampu yang menyala terang. Padahal Zoya yakin sekali tadi lampunya mati.
****
Jadwal pelajaran di kelas XII IPA1 saat ini adalah Prakarya, minggu sebelumnya Bu Indah selaku guru Prakarya sudah memberi intruksi kepada murid XII IPA1 untuk membawa alat-alat yang nanti digunakan untuk membuat sebuah karya. Karya yang dibuat kali ini bebas, sesuai keinginan masing-masing. Ada yang hanya membawa lembaran kertas dengan sebuah pensil dan beberapa kertas warna-warni yang sudah digunting kecil-kecil karena mereka ingin menggambar dengan tekhnik kolase saja karena tidak mau ribet.
Sebagiannya lagi ada yang membawa karton bekas, gunting, cutter, dan masih banyak lagi. Entah apa yang akan mereka buat dengan itu nantinya.
Setelah sedikit mendapat arahan dari Bu Indah, murid-murid mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing, sementara Bu Indah sedang ke luar karena ada urusan katanya.
"Shhh ... aaah!" erang Fuji tiba-tiba ketika cutter di tangannya tanpa sengaja menyayat jari telunjuknya.
Darah segar mulai mengalir dari telunjuk Fuji bersamaan dengan ringisan Fuji dan sesekali Fuji tampak meniup telunjuknya agar rasa perihnya sedikit berkurang.
Fuji dibuat terkejut bukan main ketika tiba-tiba Stev sudah berdiri di sampingnya dan langsung memasukkan telunjuk Fuji yang terluka ke dalam mulutnya.
Deg!
Jantung Fuji berdetak kencang kala melihat wajah Stev dari jarak yang tipis dengan mata Stev yang terpejam rapat.
Arjune membulatkan matanya sempurna kala menyadari Stev yang sudah tak ada di tempatnya, kemudian buru-buru berlari menghampiri Stev ke meja Fuji. Arjune tahu pasti Stev sedang menikmati darah Fuji saat ini.
Arjune menarik kasar ke belakang bahu Stev yang sedikit membungkuk ke arah Fuji, tak lupa menggertakkan giginya geram melihat Stev yang bahkan tidak bisa mengendalikan dirinya.
Arjune mendekatkan mulutnya ke telinga Stev. "Kendalikan dirimu, Bodoh," bisik Arjune.
Arjune beralih menatap Fuji yang sepertinya masih tertegun sambil matanya lurus menatap Stev yang hanya memasang wajah datar di samping Arjune.
"Maaf! Kau tahu tidak, cara seperti itu bisa menghentikan darah? Stev melakukannya karena katanya cita-cita adalah dokter, jadi dia selalu cepat tanggap kalau menyangkut luka," kata Arjune asal, tak tahu harus beralasan apalagi untuk menutupi kebenaran yang ada.
"Ah! Tidak apa-apa ... Stev, terima kasih, ya." Fuji tersenyum lebar.
Arjune menyeret Stev kembali ke tempat duduk. Di depan meja Arjune, tampak Zoya yang menatap mereka dengan tatapan mengintimidasi.
Sementara Fuji, dia tampak menghentakkan kakinya berkali-kali ke lantai, sepertinya dia sangat kesal sekarang.
"Arjune! Kau merusak momen saja. Padahal tadi Stev sangat romantis," maki Fuji dengan suara lirih sambil menggertakkan giginya geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time (Vampire) [Complete]
VampirMisteri yang Stev bawa bersama hadirnya, sedikit demi sedikit mulai terungkap.