💎Happy reading💎
Keesokan harinya Stev sama sekali tak menampakkan dirinya di antara lautan manusia. Benar-benar menghilang tanpa jejak. Kemaren, saat dia memisahkan diri dari Zoya dan Arjune, dia tak lagi menampakkan diri. Tidak kembali ke kelas sampai jam pulang, membuat Arjune harus mengutuki dirinya yang khawatir saat itu, di balik itu juga Arjune menyukai kepergian Stev, mengingat bagaimana Stev secara tak langsung mengatakan dirinya adalah monster tak berperasaan. Tapi, tetap saja Arjune mencemaskannya.
Sampai malam hari ini pun Stev tak kunjung menampakkan dirinya, sama sekali tidak pulang ke rumah. Padahal Zoya dan Arjune masih berharap Stev datang dan menjelaskan bahwa perkataannya kemaren hanyalah omong kosong semata. Berharap Stev hanya menipu mereka karena tidak mau mereka berdua menghawatirkannya, tapi sosok yang ditunggu keberadaannya itu tak kunjung tiba, bahkan Arjune yang biasanya selalu merasakan keberadaan Stev tak dapat merasakannya saat ini.
"Aku khawatir," kata Zoya dengan suara pelan.
Saat ini Zoya dan Arjune sedang duduk di sofa ruang keluarga rumah Arjune, membicarakan bagaimana Stev saat ini. Jelas-jelas Frederick mengatakan akan membunuh Stev hari ini, sampai membuat mereka berdua menduga-duga mungkin Stev sudah tiada, tapi segera membantah pemikiran mereka dengan meyakinkan pada diri masing-masing bahwa semua akan baik-baik saja.
"Bagaimana kalau dia benar-benar sudah terbu--maksudku ... apa dia baik-baik saja sekarang?" Arjune berkata lirih, menyampaikan sesuatu yang sedari tadi menyanggah kepalanya, membuatnya terasa dua kali lebih berat.
Zoya menatap Arjune lamat-lamat, tak suka mendengar penuturan Arjune. "Dia pasti baik-baik saja ... yah, aku yakin sekali."
"Arggghhhh!" Arjune berteriak untuk mengeluarkan sedikit beban dalam kepalanya, kemudian segera berdiri dan meninggalkan Zoya di sana sendirian.
Arjune tidak meninggalkan Zoya ke luar rumah, dia hanya ke dapur untuk mengambil air minum. Entah sudah berapa kali Arjune keluar-masuk dapur hanya sekedar untuk meminum air. Hanya air yang mampu lolos ke tenggorokannya, rasanya dari kemaren nafsuh makan Arjune berkurang, membuat wajahnya sedikit pucat dari biasanya.
Sementara Zoya lebih memilih berpindah tempat, mencoba mengintip ke luar rumah, berharap dia bisa menemukan sosok Stev sedang berdiri menunggu seseorang membukakan pintu berwarna putih ini untuknya. Di luar terasa dingin, angin bertiup sedikit lebih kencang dari biasanya, membuat Zoya tanpa sadar meringis, mengetuk-ngetukan giginya, dan menggosok kedua telapak tangannya agar sedikit lebih hangat.
Tak ada sosok Stev yang Zoya harapkan berdiri di depan pintu itu, hanya hamparan kosong dengan sedikit bunga yang sengaja Arjune tanam dalam beberapa pot untuk menghiasi rumahnya. Bunganya sedikit tak terurus, tapi tidak mati.
Zoya memfokuskan pandangannya kala melihat seseorang dari kejauhan, tepat di dekat pagar rumah Arjune. Yang bisa Zoya tangkap dengan indera penglihatannya hanyalah punggung yang entah siapa pemiliknya. Zoya tak yakin, tapi dia berharap orang itu adalah Stev yang mungkin saja sudah berdiri di sana selama beberapa jam.
Perlahan, tapi pasti Zoya melangkahkan kakinya menuju pagar rumah Arjune untuk memastikan siapa gerangan yang berdiri di depan rumah dengan setelan berbaju hitam. Punggung itu bergerak menjauh, mungkin berniat meninggalkan rumah ini.
Seperti menyadari keberadaan Zoya, orang berbaju hitam itu berbalik badan, memamerkan wajahnya yang datar. Padahal Zoya yakin sekali dirinya sudah berhati-hati agar tak ketahuan.
"Stev!" panggil Zoya pelan, suaranya sedikit bergetar menahan tangis yang hendak pecah.
Stev tidak menjawab, kembali dibalikkan tubuhnya itu dan bergerak menjauh. Membuat Zoya mau tak mau harus kembali melangkah, mengikuti langkah Stev keluar dari pekarangan rumah Arjune.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time (Vampire) [Complete]
VampirosMisteri yang Stev bawa bersama hadirnya, sedikit demi sedikit mulai terungkap.