Part 27

90 27 0
                                    

Stev terpaku di ruang kamarnya sendirian, pintu berwarna putih yang menjadi pembatas antara ruangan yang ia tempati sekarang dengan ruangan yang lebih luas di luar sana itu terkunci rapat, seolah melarang siapa saja yang ingin memasuki ruangan itu. Stev memilih diam, mencari ketenangan di dalam kamarnya setelah tadi terjebak perdebatan panjang antara dirinya dan Arjune, tentang bagaimana semua yang tak masuk logika itu diceritakan, tentang apa alasan di balik Stev membohingi Arjune. Tentu saja alasan itu tak jauh dari ketakutan Stev akan Zoya dan Arjune berada dalam lingkaran berbahaya.

Stev seperti mendapatkan kekuatan baru setelah dirinya benar-benar hampir mati di tangan Frederick tadinya, untunglah ia tak benar-benar mati, pun tak menyandang gelar sebagai seorang yang kalah dalam pertarungan. Karena pada kenyataannya Stev mampu membungkam Frederick dengan fakta terbesar yang pernah ia dengar, fakta bahwa Frederick bukanlah vampir Bi-Blood, melainkan sama dengan dirinya, yakni vampir A-Blood yang memang bukan terlahir sebagai vampir murni. Tak ada A-Blood yang bisa menjadi raja sebelumnya, tapi Frederick mampu. Tentu alasan itu mengungkit jelas siapa Frederick sebenarnya, Frederick bukanlah anak kandung dari raja vampir sebelumnya. Kalau saja dia anak kandung dari sang Raja, tentu kemungkinan besar dia adalah Bi-Blood karena tak ada seorang raja yang boleh menikahi mereka yang berasal dari bangsa manusia, itu artinya ibu Frederick pasti seorang vampir murni. Jika kedua orang tuanya adalah vampir Bi-Blood, lalu kenapa anaknya lahir sebagai A-Blood? Jawabannya hanya satu. Frederick tak pernah terlahir dari rahim bangsa vampir, Frederick terlahir dari rahim seorang manusia, terlahir sebagai manusia biasa, kemudian diubah menjadi vampir.

Entah bagaimana dari sekian banyak orang, sang Raja justru memilih Frederick untuk dijadikan vampir olehnya dan diangkat menjadi anak. Tak ada yang tahu alasan sang Raja memilih Frederick kala itu, tapi yang jelas Frederick tak jauh berbeda dari Stev, dia sama-sama dilahirkan sebagai manusia biasa yang kemudian diubah menjadi vampir.

Dengan fakta mengejutkan itu, Stev bisa membungkam Frederick, mengancam akan membeberkan rahasia besar itu pada bangsa vampir yang lain---walau kala itu Stev tidak yakin masih ada berapa banyak vampir yang masih tersisa, baik A-Blood, maupun Bi-Blood. Kala itu Frederick tak dapat mengelak, lebih memilih mengalah agar sesuatu yang tak diinginkannya terjadi. Bukan hanya itu, Frederick juga memilih untuk membiarkan Stev dengan alasan lain, mungkin ia ingin menenangkan diri karena pada kenyataannya Frederick pun tak tahu menahu tentang asal-usulnya.

Stev sedikit bersyukur, setidaknya masalah yang ia anggap besar itu tak sepenuhnya menakutkan. Tetapi, Stev sangat yakin semua ini tak akan berakir begitu saja, pasti akan ada ancaman lain yang akan mengancam nyawanya untuk seterusnya. Stev hanya bisa mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Mungkin saja Frederick akan membunuhnya agar rahasia besar itu tak pernah tersebar, atau balik mengancamnya, memanfaatkan orang-orang terdekat yang Stev punya. Dengan mengetahui fakta bahwa Frederick adalah vampir A-Blood, tidak membuat ketakutan Stev padanya berkurang. Karena bagaimanapun juga Fredercik tetaplah berbeda darinya, sebagai anak raja---walau tak sepenuhnya benar---dia tetap memiliki kemampuan luar biasa yang tak Stev atau vampir lain miliki. Frederick tetaplah Frederick, masih tetap vampir yang berbahaya.

"Tak apa ... setidaknya untuk hari ini, semuanya telah berakhir. Mungkin Frederick akan berbuat sesuatu yang lebih besar kedepannya, aku hanya perlu menyiapkan diri." Stev mencoba menenangkan pikirannya sebisa mungkin, walau mata merahnya tak bisa menyembunyikan betapa khawatirnya ia saat ini.

****

Empat hari telah berlalu semenjak kejadian malam yang panjang itu berlalu, kehidupan yang Stev, Zoya, dan Arjune jalani tak jauh berbeda. Hampir seperti dulu, tenang, tanpa ada ketakutan yang melanda. Frederick dan Maura tak lagi menampakkan diri selama empat hari belakangan ini, membuat secercah harapan muncul dalam dada Stev, harapan agar kehidupannya akan berjalan setenang ini untuk seterusnya.

Wajah ceria Zoya telah kembali, tak ada lagi sorot mata yang menyiratkan ketakutan. Menyadari tak adanya Frederick dan Maura empat hari terakhir membuat Zoya tak lagi merasa ketakutan. Mungkin Frederick tak lagi akan menampakkan dirinya karena takut rahasia besar itu akan Stev sebar, begitu pikir Zoya.

Sampai akhirnya berita heboh itu sukses menggemparkan seluruh warga sekolah. Berita tentang kematian Wakil Kepala Sekolah Purnama, kematiannya tak wajar, sama seperti berita kematian beberapa waktu lalu. Gosip tentang vampir kembali menggila, membuat siapa saja merasa harus berpikir dua kali untuk keluar dari rumah. Tubuh Juni---Wakil Kepala Sekolah---itu tak hanya menampakkan luka yang sama pada leher, tapi lebih mengenaskan dari itu. Hampir seluruh bagian tubuhnya dicabik-cabik, dicakar, jantungnya tak ditemukan, luka seperti gigitan itu tak hanya satu di bagian leher saja, tapi juga menyebar di mana-mana dengan jarak tak beraturan.

Berita mengerikan itu tersebar begitu cepat, tapi beberapa di antara mereka yang belum tahu pun tetap mendatangi sekolah. Begitu pun dengan tiga sekawan itu, Stev, Zoya, dan Arjune. Mereka tak tahu apa-apa, hingga mereka harus mendengar berita itu di sekolah. Tak banyak yang datang ke sekolah hari ini, mungkin karena tahu akan berita tentang Wakil Kepala Sekolah itu dan berniat mengunjungi rumahnya, atau hanya sekedar mengurung diri di dalam rumah dengan alasan tak ingin menjadi korban selanjutnya.

"Lagi?" tanya Arjune memecah keheningan di antara mereka bertiga.

Posisi mereka saat ini berada di dalam mobil, setelah tadi lebih dulu datang ke sekolah dan mendapat berita mengejutkan itu dari salah seorang warga sekolah yang sepertinya juga baru mendapatkan berita kematian yang mengerikan itu. Mereka tak dapat berbuat banyak, tak ada pilihan selain kembali ke rumah.

"Ini gila," komentar Arjune, tangannya sibuk mengatur stir mobilnya agar tak menabrak kendaraan lain.

"Siapa lagi yang melakukannya?" tanya Zoya, tentu ia harus menelan fakta bahwa tak ada satu di antara mereka yang tahu jawaban itu.

Stev masih berpikir kalau Frederick atau rombongannya yang melakukannya, tapi bukankah Stev telah mengancamnya? Tak mungkin Frederick tak takut akan ancamannya. Karena jika memang masih ada beberapa vampir di dunia ini dan mengetahui seorang raja bukan dari bangsa Bi-Blood, maka siap-siap saja Frederick habis di tangan mereka. Ada beberapa kemungkiman yang Stev pikirkan, bisa saja ini semua ulah vampir lain yang mungkin baru menunjukkan eksistensinya, atau ini masih perbuatan Frederick yang mungkin tak lagi takut akan ancama Stev karena sesuatu yang belum Stev ketahui.

"Mungkin Frederick yang melakukannya," kata Stev tampak ragu.

"Tidak mungkin ... bukannya kau sudah mengancamnya? Dia dalam bahaya kalau rahasianya terungkap 'kan?" bantah Arjune tak sependapat dengan perkataan Stev.

"Aku yakin Frederick yang melakukannya karena tak ada vampir gila yang akan membuat mangsanya sehancur itu. Biasanya vampir tak akan mau repot-repot mengoyak tubuh mangsanya karena ia hanya perlu menggigit leher sang Korban, kecuali kalau vampir itu hanya ingin membuatnya tampak lebih mengerikan."

Arjune mengerutkan dahinya. "Alasannya?"

"Memancing kita, maksudku memancingku agar mencarinya, lalu menunjukkan betapa mengerikan dirinya kepadaku. Mungkin."

Bersambung ....

The Time (Vampire) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang